Gaya Hidup
Uniqlo Tiba-tiba Diakui Boikot di China, Alasannya Apa?
2024-12-02
Uniqlo, perusahaan ritel fesyen asal Jepang, kini menjadi sasaran seruan boikot di China. Hal ini terjadi setelah kepala eksekutifnya mengungkapkan bahwa perusahaan tidak mengambil kapas dari wilayah Xinjiang. Peristiwa ini menarik perhatian banyak orang dan menjadi topik berdebatan di media sosial.

Uniqlo di China: Isu Kapas dan Boikot

Perspektif 1: Pernyataan Kepala Eksekutif

Tadashi Yanai, kepala eksekutif Fast Retailing, dalam wawancara BBC mengatakan bahwa Uniqlo tidak menggunakan kapas dari Xinjiang. Namun, ia segera menyela diri dan tidak ingin melanjutkan jawabannya karena dianggap terlalu politis. Ini mengakibatkan reaksi negatif dari pengguna di China, yang mulai berhenti membeli produk Uniqlo.Para pengguna China menganggap hal ini sebagai tindakan yang tidak adil dan menganggap Uniqlo sebagai perusahaan yang tidak bersikap netral. Mereka merasa bahwa Uniqlo harus lebih cermat dalam mengelola isu ini dan tidak boleh mengikuti pandangan negatif dari pihak lain.

Perspektif 2: Isu Pengadaan dari Xinjiang

Isu pengadaan kapas dari Xinjiang menjadi sangat sensitif. Beberapa organisasi hak asasi manusia dan pemerintah AS menganggap China melakukan pelanggaran terhadap penduduk Uighur. Hal ini membuat perusahaan asing seperti Uniqlo menjadi sasaran boikot.Namun, Beijing membantah adanya pelanggaran dan mengatakan bahwa wilayah Xinjiang adalah bagian integral dari China. Produksi kapas di wilayah ini juga merupakan bagian penting dari industri pakaian di China.

Perspektif 3: Kesan Boikot pada Uniqlo

Setelah terkena boikot, Uniqlo mulai merasakan dampak pada bisnisnya di China. Beberapa toko Uniqlo di China mengalami penurunan penjualan dan kepercayaan pelanggan terhadap merek tersebut turun.Ini mengajak Uniqlo untuk lebih berhati-hati dalam mengelola isu ini dan mencari solusi yang dapat memuaskan pelanggan di China. Mereka harus menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mengikuti pandangan negatif tetapi juga berusaha untuk memahami situasi di China dengan lebih baik.Pada tahun 2020, Fast Retailing mengatakan tidak membuat produk di Xinjiang. Namun, dalam wawancara media lainnya, Yanai mengatakan Uniqlo ingin tetap netral. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan masih berusaha untuk mencari jalan keluar dari situasi ini.Pada tahun 2021, pesaing Uniqlo, H&M, juga menghadapi boikot di China karena pernyataan mereka tentang kekhawatiran kerja paksa di Xinjiang. Hal ini menunjukkan bahwa isu ini tidak hanya mempengaruhi Uniqlo tetapi juga perusahaan lain yang memiliki bisnis di China.
More Stories
see more