Gaya Hidup
6 Baju Adat Jokowi di Sidang Tahunan MPR dari Masa ke Masa
2024-08-16

Kepemimpinan Presiden Jokowi yang Melestarikan Budaya Bangsa

Selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) telah menerapkan tradisi unik dalam menyampaikan pidato kenegaraan tahunan di Sidang Tahunan MPR RI. Presiden Jokowi memilih untuk mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia, memperkenalkan kekayaan budaya nusantara kepada masyarakat. Tradisi ini telah berlangsung sejak 2017 dan menjadi perhatian publik setiap tahunnya.

Memaknai Keanekaragaman Budaya Indonesia melalui Busana Kenegaraan

Merangkul Keanekaragaman Suku Bangsa

Presiden Jokowi telah mengenakan pakaian adat dari berbagai suku bangsa di Indonesia dalam setiap Sidang Tahunan MPR RI. Hal ini menunjukkan komitmen Presiden Jokowi dalam melestarikan dan memperkenalkan kekayaan budaya nusantara kepada masyarakat dalam setiap kesempatan penting. Pemilihan pakaian adat yang beragam menggambarkan keinginan Presiden Jokowi untuk mempromosikan dan menghargai keberagaman budaya yang ada di Indonesia.Salah satu pakaian adat yang pernah dikenakan oleh Presiden Jokowi adalah baju adat Suku Sasak dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Pakaian ini disebut dengan 'pegon', yang memiliki akulturasi dari tradisi Jawa dan jas Eropa. Kombinasi ini dianggap sebagai simbol keagungan dan kesopanan. Pada tahun 2020, Presiden Jokowi juga mengenakan baju adat Suku Sabu yang terdiri dari kemeja hitam lengan panjang, kain corak bunga berwarna emas, dan ikat kepala bercorak senada. Baju adat ini kaya akan makna, seperti keberkatan, keselamatan, kehormatan, wibawa, dan harga diri.

Menghargai Keberadaan Suku Baduy

Pada Sidang Tahunan MPR 2021, Presiden Jokowi memakai baju adat Suku Baduy. Pakaian serba hitam dengan ikat kepala berwarna biru ini merupakan hasil karya Tetua Adat sekaligus Kepala Desa Kanekes, Banten, Jaro Saija. Pakaian ini terdiri atas ikat kepala 'Telekung', ikat pinggang 'Beubeur', baju adat berlengan panjang 'Kutung', dan sarung 'Samping Aros'. Pemilihan baju adat Suku Baduy menunjukkan penghargaan Presiden Jokowi terhadap keberadaan masyarakat adat yang masih memegang teguh tradisi dan budaya leluhur.

Membawa Kekayaan Budaya Bangka Belitung

Pada tahun 2022, Presiden Jokowi tampil dengan mengenakan baju adat Provinsi Bangka Belitung, yaitu 'Paksian'. Paksian merupakan hasil akulturasi budaya Arab dan Melayu, yang terdiri atas jas Arab panjang berwarna hijau, selempang bordir emas, kain merah dengan benang emas di pinggang, dan penutup kepala emas. Selempang dalam baju adat Bangka Belitung ini memiliki makna keberkatan, keselamatan, kehormatan, wibawa, percaya diri, dan harga diri. Sementara itu, motif 'Pucuk Rebung' melambangkan kerukunan, dan warna hijau serta emas memiliki makna harapan, kesejukan, pertumbuhan, kemegahan, istimewa, dan keramahan.

Mengenakan Pakaian Adat Tanimbar

Pada Sidang Tahunan MPR RI 2023, Presiden Jokowi menggunakan baju adat Tanimbar, Maluku. Pakaian ini terdiri atas kemeja putih, dua kain tenun ikat yang disilangkan di dada, kain tenun hitam panjang dengan aksen merah yang diikat di pinggang, ikat kepala hitam, dan aksesori kalung berwarna emas. Dalam budaya Tanimbar, ikat kepala yang dikenakan Presiden Jokowi disebut 'Tutuban Ulu' yang melambangkan keberanian dan keperkasaan seorang pemimpin, prajurit, atau ketua adat. Sementara itu, kalung emas yang dipakai disebut 'Wangpar'.

Menutup Masa Jabatan dengan Pakaian Adat Betawi

Menutup masa jabatannya, Presiden Jokowi mengenakan baju 'Ujung Serong' khas Betawi. Pakaian ini terdiri atas jas tutup berwarna hitam, arloji saku, celana hitam, dan kain batik yang dikenakan pada bagian pinggang dengan ujung menyerong di atas lutut. Ujung Serong merupakan pakaian yang dahulu sering digunakan oleh para bangsawan dan pejabat daerah laki-laki. Namun, saat ini Ujung Serong dapat dikenakan oleh siapa saja tanpa terkecuali. Pemilihan pakaian adat Betawi ini menjadi penghormatan Presiden Jokowi terhadap budaya Betawi, serta menunjukkan komitmennya dalam melestarikan warisan budaya nusantara.
More Stories
see more