Gaya Hidup
Studi Ungkap 5 Alasan Korban KDRT Bertahan di Pernikahan Toxic
2024-08-14
Mengungkap Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Kisah Selebgram Cut Intan Nabila
Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami oleh selebgram Cut Intan Nabila telah menjadi sorotan publik. Perempuan ini mengungkapkan bahwa ia telah mengalami perlakuan kasar dari suaminya, Armor Toreador, selama bertahun-tahun. Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya memahami alasan mengapa korban KDRT sulit untuk meninggalkan hubungan yang toksik, serta bagaimana kita dapat memberikan dukungan dan pemberdayaan yang tepat.Kisah Mencengangkan dari Selebgram yang Bertahan di Hubungan Penuh Kekerasan
Mengapa Korban KDRT Sulit Meninggalkan Hubungan Toksik?
Perlu dipahami bahwa tidak mudah bagi korban KDRT untuk meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan. Berbagai penelitian mengungkapkan beberapa alasan mengapa perempuan memilih untuk bertahan, meskipun mereka terus-menerus disakiti oleh pasangannya.Pertama, korban merasa dalam bahaya dan ketakutan. Mereka khawatir akan adanya kekerasan yang lebih parah setelah perpisahan. Faktanya, sekitar 41% wanita yang dibunuh oleh pasangan atau mantan pasangan di Inggris, Wales, dan Irlandia Utara pada tahun 2018 telah berpisah atau mengambil langkah untuk berpisah dari pria yang menyakitinya. Sebelas dari 37 perempuan ini dibunuh dalam bulan pertama perpisahan dan 24 dibunuh dalam tahun pertama.Selanjutnya, korban sering kali mengalami isolasi sosial. Pelaku berupaya menjauhkan korban dari keluarga dan teman-temannya, sehingga sangat sulit bagi korban untuk mencari pertolongan. Pelaku juga berusaha mengurangi kontak korban dengan dunia luar untuk mencegahnya menyadari bahwa perilaku pasangannya kasar dan salah. Isolasi sosial ini menyebabkan perempuan menjadi sangat bergantung pada pasangannya yang suka mengontrol.Rasa malu dan penyangkalan juga menjadi alasan lain mengapa korban sulit untuk melaporkan tindakan kekerasan. Pelaku sering kali sangat dihormati di lingkungannya, sehingga mungkin akan sulit bagi orang lain untuk percaya bahwa dia sebenarnya adalah pelaku kekerasan. Pelaku juga sering kali meremehkan, menyangkal, atau menyalahkan pelecehan tersebut pada korban. Korban mungkin merasa malu atau membuat alasan kepada diri mereka sendiri dan orang lain untuk menutupi KDRT tersebut.Trauma dan rasa percaya diri yang rendah juga menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan korban untuk bertahan. Bayangkan jika pasangan setiap hari mengatakan kata-kata merendahkan yang membuat korban merasa tidak berharga dan membuat kepercayaan dirinya turun. Korban tidak memiliki kebebasan untuk membuat keputusan dalam hubungan yang penuh kekerasan, mereka sering kali mengalami trauma, terus-menerus dimaki dan direndahkan.Alasan praktis juga menjadi pertimbangan bagi korban untuk tetap bertahan. Pelaku sering kali mengontrol setiap aspek kehidupan korbannya, sehingga seringkali sulit bagi korban untuk memiliki pekerjaan atau kemandirian finansial. Dengan mengendalikan akses terhadap uang, wanita tidak dapat menghidupi diri sendiri atau anak-anak mereka. Mereka mungkin takut anak-anak mereka akan diambil atau faktor ekonomi. Sebab banyak yang menganggap meminta bantuan bukanlah hal yang mudah sehingga mereka memilih bertahan.Pentingnya Dukungan Lingkungan untuk Korban KDRT
Untuk membantu perempuan korban KDRT, dibutuhkan dukungan dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan teman-teman. Lingkungan terdekat harus memahami alasan-alasan mengapa korban sulit untuk meninggalkan hubungan yang toksik, serta memberikan dukungan emosional dan praktis yang dibutuhkan.Selain itu, penegakan hukum juga harus tegas dalam menangani kasus KDRT. Pelaku harus bertanggung jawab atas tindakannya dan mendapatkan hukuman yang setimpal. Masyarakat juga perlu menghapus stigma dan stereotip negatif terhadap korban KDRT, sehingga mereka merasa aman dan nyaman untuk mencari bantuan.Dengan pemahaman yang lebih baik dan dukungan yang tepat, diharapkan korban KDRT dapat membuat keputusan terbaik bagi diri mereka, serta terhindar dari bahaya yang mengancam. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi perempuan korban kekerasan.