Gaya Hidup
Ahli Sebut Makan Serangga Bisa Selamatkan Bumi, Gini Caranya
2024-09-11
Serangga: Makanan Masa Depan yang Berkelanjutan
Singapura baru-baru ini menyetujui 16 spesies serangga yang layak dikonsumsi manusia, termasuk beberapa jenis kumbang, belalang, belalang sembah, dan ulat Hong Kong. Meskipun praktik memakan serangga atau entomofagi masih dianggap esoterisme gastronomi di sebagian besar dunia, Singapura menjadi salah satu negara yang mulai menerapkan hal tersebut. Keputusan ini menandakan bahwa serangga dapat menjadi alternatif makanan yang berkelanjutan dan kaya nutrisi di masa depan.Serangga: Solusi Pangan yang Ramah Lingkungan
Keunggulan Serangga sebagai Sumber Protein
Serangga memiliki kandungan protein yang jauh lebih tinggi dibandingkan daging sapi. Misalnya, 100 gram jangkrik mengandung sekitar 60 gram protein, sementara 100 gram daging sapi hanya mengandung 20 gram protein. Selain itu, serangga juga kaya akan nutrisi lainnya, seperti zat besi dan kalsium. Bahkan, jangkrik diketahui mengandung 10 kali lebih banyak vitamin B12 dibandingkan daging sapi.Jejak Lingkungan yang Rendah
Salah satu alasan utama mengapa serangga dianggap sebagai makanan masa depan yang berkelanjutan adalah jejak lingkungannya yang sangat rendah. Menurut laporan FAO, produksi daging dan produk susu menyumbang 14,5% emisi gas rumah kaca global. Sementara itu, untuk menghasilkan 100 gram jangkrik, jumlah emisi diperkirakan 100 kali lebih sedikit dibandingkan dengan 100 gram daging sapi.Selain itu, serangga juga menggunakan 50-90% lebih sedikit lahan per kilogram protein dibandingkan dengan ternak konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa serangga memiliki dampak yang jauh lebih kecil terhadap lingkungan.Potensi Mengatasi Kerawanan Pangan
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) telah mengusulkan entomofagi atau praktik memakan serangga sebagai solusi untuk mengatasi kerawanan pangan di beberapa negara. Hal ini dikarenakan serangga dapat dibudidayakan tanpa hormon khusus dan berpotensi menjadi sumber pangan yang aman bagi negara-negara yang menghadapi masalah ketersediaan pangan.Selain itu, serangga juga dapat dipanen atau ditangkap secara berkelanjutan, sehingga dapat menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan peternakan hewan konvensional.Penerimaan Masyarakat terhadap Serangga sebagai Makanan
Meskipun entomofagi masih dianggap esoterisme gastronomi di sebagian besar dunia, beberapa negara telah lama menyajikan serangga sebagai makanan yang populer. Di Indonesia, setidaknya ada beberapa makanan serangga yang sudah dikenal luas, seperti belalang goreng, jangkrik goreng atau tumis, ulat sagu, rempeyek laron, botok tawon, ungker, dan getok.Dengan semakin banyaknya studi dan laporan yang mendukung manfaat serangga sebagai sumber pangan yang berkelanjutan, diharapkan penerimaan masyarakat terhadap konsumsi serangga akan semakin meningkat di masa depan.