Dalam keputusan terbarunya, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. Keputusan ini merupakan langkah pertama dalam tahun ini dan bertujuan untuk mendukung stabilitas ekonomi serta mendorong pertumbuhan. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa penurunan suku bunga ini sesuai dengan dinamika global dan domestik, termasuk kondisi inflasi yang rendah dan stabilitas nilai tukar rupiah. Selain itu, BI juga mempertimbangkan arah kebijakan fiskal AS dan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah di tahun ini.
Keputusan penurunan suku bunga oleh BI dipengaruhi oleh berbagai faktor global. Dalam paparan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG), Perry Warjiyo menjelaskan bahwa bank sentral memantau secara cermat dinamika global, termasuk kebijakan pemerintah AS dan Fed Fund Rate (FFR). Meskipun masih ada ketidakpastian, arah kebijakan fiskal AS mulai terlihat dan dampaknya terhadap kenaikan US Treasury dapat diprediksi. Ini memberikan ruang bagi BI untuk mengambil keputusan yang tepat.
Menurut Perry, BI juga memperkirakan bahwa penurunan FFR pada tahun ini hanya akan terjadi satu kali. Hal ini memungkinkan BI untuk meramalkan pergerakan dolar indeks (DXY) dengan lebih akurat. Meskipun tidak semua hal sudah jelas, pengambilan keputusan harus dilakukan berdasarkan informasi yang ada. "Kami tidak menunggu semuanya jelas tetapi membuat keputusan berdasarkan data yang kami miliki," kata Perry. Dinamika global ini membantu BI dalam menentukan waktu yang tepat untuk menurunkan suku bunga.
Di sisi domestik, BI mencermati bahwa inflasi dalam negeri tetap rendah dan diperkirakan akan tetap demikian di masa depan. Stabilitas inflasi ini memberikan ruang bagi penurunan suku bunga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Selain itu, BI percaya bahwa nilai tukar rupiah saat ini stabil dan sejalan dengan nilai fundamentalnya. "Kami menilai bahwa nilai tukar rupiah sejalan dengan fundamental ekonomi kita," ujar Perry.
Berdasarkan data survei ekonomi BI, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih rendah pada tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya. Pelemahan ini sudah terlihat sejak kuartal IV-2024 dan diperkirakan akan berlanjut. Dengan titik tengah pertumbuhan ekonomi 2025 sebesar 5,2%, BI melihat peluang untuk menciptakan cerita pertumbuhan yang lebih baik melalui penurunan suku bunga. "Ini adalah waktu yang tepat untuk menurunkan suku bunga guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat," tambah Perry.