Pada hari Rabu, 15 Januari 2025, mata uang rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,34% terhadap dolar Amerika Serikat. Penyebab utamanya adalah keputusan Bank Indonesia (BI) yang mengejutkan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. Keputusan ini berbeda dari ekspektasi pasar yang memperkirakan suku bunga akan tetap di level 6%. Meskipun indeks dolar AS/DXY turun 0,18%, penurunan suku bunga oleh BI telah memberikan dampak signifikan pada nilai tukar rupiah.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa penurunan suku bunga ini didasarkan pada beberapa pertimbangan ekonomi. Pertama, inflasi yang rendah dan terkendali dalam sasaran 2,5% plus minus 1% untuk tahun 2025 dan 2026. Kedua, fundamental ekonomi yang kuat mendukung upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Keputusan ini bertujuan untuk memastikan stabilitas ekonomi dan mendukung dinamika ekonomi yang ada.
Lebih lanjut, Perry menekankan bahwa BI akan terus memantau perkembangan ekonomi dan menyesuaikan kebijakan moneter agar inflasi tetap dalam sasarannya dan nilai tukar rupiah stabil. Penurunan suku bunga ini juga bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat. Meskipun langkah ini mempengaruhi nilai tukar rupiah, BI yakin bahwa langkah ini akan membawa manfaat jangka panjang bagi ekonomi nasional. Keputusan ini mencerminkan komitmen BI untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Penurunan suku bunga acuan oleh BI secara langsung mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada hari Rabu, rupiah ditutup melemah 0,34% di angka Rp16.315/US$, berbanding terbalik dengan posisi kemarin yang menguat 0,06%. Meskipun indeks dolar AS/DXY turun 0,18%, pelemahan rupiah tetap terjadi karena faktor kebijakan moneter domestik.
Analisis menunjukkan bahwa keputusan BI ini telah menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan. Investor merespons dengan hati-hati, mengantisipasi dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap ekonomi. Namun, BI menegaskan bahwa langkah ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi dan memastikan stabilitas jangka panjang. Meskipun ada risiko jangka pendek, BI percaya bahwa kebijakan ini akan membantu mendorong investasi dan konsumsi, yang pada akhirnya akan menguntungkan ekonomi nasional. Selain itu, BI akan terus memantau situasi dan menyesuaikan kebijakan jika diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi.