Pasar
Beberapa Bank Mengubah Target, Apa Hubungannya?
2024-11-29
Jakarta, CNBC Indonesia - Survei Orientasi Bisnis Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) triwulan IV-2024 menunjukkan bahwa sebagian bank merasa kurang optimis dapat mencapai target rencana bisnis bank (RBB) 2024. Faktor-faktor seperti pertumbuhan kelas menengah ke bawah terbatas, pertumbuhan pendapatan yang lambat, dan persaingan suku bunga yang ketat menjadi penyebab utama.

Implikasi untuk Kredit dan DPK

OJK mengingatkan pada September 2024 bahwa pertumbuhan kredit perbankan melambat menjadi 10,85% tahunan. Sebelumnya, kredit perbankan tumbuh 11,40% tahunan. Pada periode yang sama, simpanan berjangka rupiah dan valuta asing tumbuh 4,6% tahunan, turun dari 5,4% sebelumnya. Para bank responden mengungkapkan bahwa kondisi ini berdampak pada permintaan kredit dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).Para bank swasta juga mengalami tantangan. PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA), bank swasta terbesar kedua, telah merevisi target pertumbuhan kredit menjadi 6%. Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan menyebutkan bahwa beban pendanaan tinggi dan daya beli kelas menengah yang menurun memberikan tantangan terhadap pertumbuhan kredit dan DPK. "Tidak heran jika untuk memenuhi RBB akan challenging," ujarnya.PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) atau OK Bank juga telah merevisi target pertumbuhan DPK pada Juni lalu. Direktur Kepatuhan OK Bank Efdinal Alamsyah mengatakan pesimistis dalam survei merefleksikan tantangan ekonomi saat ini. "Kita ada revisi penurunan terhadap target DPK, akan tetapi tidak ada revisi untuk target loan dan laba," ujarnya.PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) juga telah merevisi target pertumbuhan labanya menjadi sekitar 1% pada akhir tahun 2024. Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengungkapkan penyebabnya adalah tekanan biaya pendanaan atau cost of fund (CoF) yang terdongkrak oleh kenaikan suku bunga acuan.

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pesimisme

Pertumbuhan kelas menengah ke bawah yang terbatas merupakan salah satu faktor utama yang membuat bank merasa pesimistik. Ini mengakibatkan pertumbuhan pendapatan yang lambat dan berdampak pada permintaan kredit dan pertumbuhan DPK. Selain itu, persaingan suku bunga yang cukup ketat antara bank juga menjadi masalah.Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai kondisi saat ini adalah persaingan untuk mendapatkan likuiditas. Tren suku bunga acuan yang sudah mulai turun namun diprediksi akan bertahan atau bahkan naik lagi membuat tantangan itu semakin kompleks.Tantangan tersebut juga dipersulit oleh fenomena menurunnya daya beli masyarakat terutama di kelas menengah. Namun, Trioksa mengatakan bank perlu menjaga kinerjanya agar tidak menurun. "Itu menurut saya sih masih tergolong cukup bagus. Itulah kenapa yang membuat kinerja bank 2024 ini agak lebih rendah dibanding tahun sebelumnya," ujarnya.
More Stories
see more