Pasar
Penguatan Rupiah Ditopang Oleh Kebijakan Moneter The Fed
2024-11-08
Nilai tukar rupiah kembali menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring dengan keputusan pemotongan suku bunga Bank Sentral AS, The Fed, setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS. Penguatan rupiah ini diperkirakan akan berlanjut dengan adanya aliran keluar dana dari pasar obligasi dan ekuitas AS.

Penguatan Rupiah Ditopang Oleh Kebijakan Moneter The Fed

Nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,41% ke level Rp15.665/US$ pada akhir pekan ini, Jumat (08/11/2024). Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi di rentang Rp15.605/US$ hingga Rp15.695/US$. Penguatan rupiah ini ditengarai dengan adanya keputusan penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 4,5%-4,75% pada pertemuan periode November 2024.Keputusan pemotongan suku bunga The Fed ini sejalan dengan ekspektasi pasar dan menunjukkan sikap hati-hati bank sentral AS dalam mengelola kondisi ekonomi di tengah ketidakpastian yang berkelanjutan. Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan fleksibilitas bank sentral, dengan mencatat bahwa keputusan suku bunga di masa depan akan dilakukan pada setiap pertemuan.

Pasar Keuangan Merespons Moderat Penyesuaian Suku Bunga The Fed

Menurut Fithra Faisal Hastiadi, Ph.D, senior economist dari SSI Research, pasar keuangan diperkirakan akan merespons penyesuaian ini secara moderat karena sesuai dengan ekspektasi dan meyakinkan investor bahwa The Fed berkomitmen untuk mendukung stabilitas ekonomi tanpa terlalu melonggarkan kebijakan.Pasar pendapatan tetap, khususnya obligasi jangka pendek hingga menengah, diperkirakan akan stabil dengan keuntungan yang moderat, sementara jalur pemotongan suku bunga yang bertahap mengurangi risiko volatilitas suku bunga. Hal ini dapat mendukung penguatan nilai tukar mata uang negara berkembang termasuk rupiah karena adanya aliran keluar dana baru-baru ini dari pasar obligasi dan ekuitas AS.

Kemenangan Trump Berpotensi Mempengaruhi Kebijakan The Fed

Sebagai tambahan, Fithra Faisal Hastiadi juga menyatakan bahwa dengan kemenangan Trump dalam pemilu AS, meskipun The Fed menyatakan akan tetap netral, ada ekspektasi bahwa kebijakan fiskal Trump yang ekspansif dan potensi perang dagang dengan Tiongkok akan menaikkan biaya produksi dan mendorong inflasi.Hal ini kemungkinan akan mendorong The Fed untuk menghentikan siklus pemotongan suku bunga tahun ini dan diperkirakan hanya akan ada dua atau tiga pemotongan suku bunga lagi tahun depan, bukan lima. Dengan demikian, kebijakan moneter The Fed akan menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah di masa mendatang.
more stories
See more