Pasar
Pertarungan Sengit Antara Delta Air Lines dan CrowdStrike: Ketika Keandalan Penerbangan Dipertaruhkan
2024-10-26
Dalam sebuah langkah yang mencerminkan ketegangan yang semakin memanas di industri penerbangan, maskapai penerbangan terkemuka Delta Air Lines telah mengajukan gugatan hukum terhadap perusahaan keamanan siber CrowdStrike. Gugatan ini berpusat pada insiden gangguan teknologi global yang terjadi pada bulan Juli, yang menyebabkan ribuan penerbangan terhenti dan kerugian yang signifikan bagi Delta.
Pertarungan Sengit Antara Dua Raksasa Industri
Tuduhan Delta Terhadap CrowdStrike
Delta Air Lines, yang berbasis di Atlanta, menuduh CrowdStrike telah melakukan tindakan yang lalai dan disengaja, yang mengakibatkan gangguan global pada 19 Juli lalu. Insiden ini berdampak pada 8,5 juta komputer dan menyebabkan Delta mengalami kerugian yang diperkirakan mencapai US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,8 triliun, termasuk kehilangan pendapatan masa depan. Delta juga menuduh CrowdStrike melakukan penipuan, pelanggaran kontrak, dan praktik bisnis yang menipu serta tidak adil.Tanggapan CrowdStrike
Menanggapi gugatan tersebut, CrowdStrike menyatakan bahwa tuduhan Delta didasarkan pada informasi yang tidak benar. Menurut juru bicara CrowdStrike, Delta tidak memahami cara kerja keamanan siber modern dan berusaha mengalihkan kesalahan atas lambatnya pemulihan akibat infrastruktur IT mereka yang usang.Perselisihan yang Berkepanjangan
Pengajuan gugatan ini mengikuti perselisihan dan ancaman hukum yang terjadi selama berminggu-minggu antara Delta dan CrowdStrike. Delta menyatakan bahwa kerusakan pada sistem IT tersebut telah memengaruhi reputasinya sebagai maskapai yang andal dengan layanan premium.Dampak Gangguan Teknologi pada Operasional Delta
Gangguan IT terjadi pada 19 Juli, menjelang akhir pekan tersibuk Delta di musim panas, di mana lebih dari 90% kursi maskapai terisi. Delta awalnya berusaha mempertahankan jadwal penerbangannya, memilih pendekatan yang lebih hati-hati dibandingkan langsung membatalkan lebih banyak penerbangan.Sekitar 60% dari aplikasi utama Delta berbasis Windows, dan gangguan CrowdStrike menyebabkan aplikasi-aplikasi tersebut tidak berfungsi. Gangguan teknologi ini juga menghambat jadwal kru dan penempatan pesawat di seluruh jaringan Delta.Masalah ini berlanjut selama beberapa hari, menyebabkan perlambatan operasional dan memindahkan ribuan pilot serta awak kabin Delta. Delta menyatakan bahwa bantuan dari CrowdStrike tidak cukup di awal kejadian, meskipun CrowdStrike mengklaim telah memberi peringatan teknis pada dini hari 19 Juli.Dampak Gangguan Teknologi pada Penerbangan Delta
Selama lima hari setelah gangguan, Delta membatalkan 7.000 penerbangan, sedangkan maskapai lain dapat pulih lebih cepat. CrowdStrike mengklaim bahwa tanggung jawab mereka terbatas pada jumlah "satuan digit juta" sesuai dengan kontrak.Pada Agustus, Microsoft menyebutkan bahwa teknologi Delta yang usang mungkin berkontribusi pada lambatnya pemulihan. Delta menyatakan bahwa kerusakan IT yang disebutnya sebagai "Pembaruan Rusak" dapat dicegah jika uji coba dilakukan pada satu komputer terlebih dahulu.Gugatan Delta Terhadap CrowdStrike
Dalam gugatannya, Delta juga menyebut penghargaan "Most Epic Fail" yang diterima Presiden CrowdStrike di sebuah konvensi peretas. Penghargaan ini digunakan Delta sebagai contoh bahwa CrowdStrike perlu "bertanggung jawab atas bencana yang telah mereka ciptakan."Gugatan ini mencerminkan ketegangan yang semakin memanas di industri penerbangan, di mana maskapai besar seperti Delta berusaha mempertahankan reputasi dan keandalan mereka di tengah tantangan teknologi yang semakin kompleks. Pertarungan sengit antara Delta dan CrowdStrike ini akan menjadi sorotan industri dan menarik perhatian publik dalam waktu dekat.