Pasar
Sritex Tenggelam dalam Lautan Utang: Kisah Peringatan bagi Industri Tekstil Indonesia
2024-11-03
Perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) saat ini sedang menghadapi krisis keuangan yang mengkhawatirkan. Dengan liabilitas mencapai US$1,6 miliar atau sekitar Rp25,01 triliun dan ekuitas yang mencatatkan defisiensi modal sebesar -US$980,56 juta, SRIL dinyatakan pailit. Kisah ini menjadi peringatan bagi industri tekstil Indonesia yang rentan terhadap gejolak ekonomi global.
Mengungkap Beban Utang yang Menggunung: Sritex Terlilit Kewajiban Rp25 Triliun
Dominasi Utang Jangka Panjang
Berdasarkan laporan keuangan per semester I-2024, liabilitas SRIL didominasi oleh utang jangka panjang, yang mencapai US$1,47 miliar. Sementara itu, liabilitas jangka pendeknya tercatat sebesar US$131,42 juta. Hal ini menunjukkan bahwa SRIL telah mengakumulasi utang dalam jangka waktu yang cukup lama.Utang bank menjadi salah satu pos paling besar yang menyumbang liabilitas jangka panjang SRIL, dengan nilai sebesar US$809,99 juta atau sekitar Rp12,66 triliun. Setidaknya terdapat 28 bank yang memiliki tagihan kredit jangka panjang atas SRIL, dengan BCA menjadi kreditur terbesar.BCA Sebagai Kreditur Terbesar
Utang bank jangka panjang SRIL di BCA mencapai US$71,30 juta atau sekitar Rp1,11 triliun. Selain itu, BCA juga memiliki tagihan utang bank jangka pendek sebesar US$11,37 juta di SRIL. Hal ini menunjukkan bahwa BCA memiliki eksposur yang cukup besar terhadap SRIL.Selain BCA, terdapat beberapa bank lain yang juga memiliki tagihan kredit jangka panjang yang cukup besar terhadap SRIL. Di posisi kedua terdapat State Bank of India, Cabang Singapura dengan total kredit sebesar US$43,89 juta. Selanjutnya, di posisi ketiga ada PT Bank QNB Indonesia dengan nilai sebesar US$36,94 juta.Daftar Kreditur Jangka Panjang SRIL
Berikut adalah daftar utang bank jangka panjang SRIL per Juni 2024:PT Bank Central Asia Tbk – US$71,309,857State Bank of India, Singapore Branch – US$43,881,272PT Bank QNB Indonesia Tbk – US$36,939,779Citibank N.A., Indonesia – US$35,828,895PT Bank Mizuho Indonesia – US$33,709,712PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk – US$33,270,249PT Bank Muamalat Indonesia – US$25,450,735PT Bank CIMB Niaga Tbk – US$25,339,757PT Bank Maybank Indonesia Tbk – US$25,164,698PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah – US$24,802,906Daftar ini menunjukkan bahwa SRIL memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pembiayaan perbankan, dengan berbagai bank besar di Indonesia dan luar negeri menjadi krediturnya.Dampak Potensial Kebangkrutan SRIL
Jika SRIL benar-benar dinyatakan pailit, dampaknya dapat dirasakan tidak hanya oleh perusahaan itu sendiri, tetapi juga oleh seluruh ekosistem industri tekstil di Indonesia. Ribuan pekerja dapat kehilangan pekerjaan, dan rantai pasokan yang telah terbangun selama bertahun-tahun dapat terganggu.Selain itu, kebangkrutan SRIL juga dapat memberikan sinyal negatif bagi iklim investasi di Indonesia, terutama di sektor manufaktur. Hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi dan kemampuan pemerintah dalam mengelola krisis perusahaan.Oleh karena itu, penanganan yang tepat dan cepat dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya sangat diperlukan untuk mencegah dampak yang lebih luas dari kebangkrutan SRIL. Upaya restrukturisasi, bailout, atau solusi lainnya harus dipertimbangkan demi menjaga keberlangsungan industri tekstil Indonesia.