Pada hari Jumat, 17 Januari 2025, mata uang rupiah mengalami pelemahan tipis sebesar 0,03% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penyebab utama dari perubahan nilai tukar ini adalah ketidakstabilan geopolitik di wilayah Timur Tengah, khususnya ancaman pembatalan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Situasi ini juga berdampak pada indeks dolar AS yang naik sebesar 0,19%. Secara mingguan, rupiah mencatatkan penurunan sebesar 1,11%. Keadaan politik yang tidak menentu di Gaza telah mempengaruhi pasar keuangan global, termasuk Indonesia.
Dalam suasana cemas akibat ketegangan di wilayah Timur Tengah, rupiah ditutup pada angka Rp16.360 per dolar AS pada hari Jumat, 17 Januari 2025. Peningkatan risiko geopolitik ini dipicu oleh ancaman pembatalan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza. Kabinet Israel sedang mempertimbangkan kesepakatan gencatan senjata tersebut, dengan dua anggota kabinet menyuarakan penentangan mereka. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir bahkan mengancam akan keluar dari pemerintahan jika kesepakatan ini disetujui. Di sisi lain, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menuduh Hamas melanggar beberapa bagian perjanjian perdamaian, meskipun Hamas membantah tuduhan tersebut. Serangan militer Israel terhadap Gaza semakin intensif, menyebabkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang signifikan.
Dengan situasi yang masih belum jelas, pasar keuangan global tetap waspada terhadap perkembangan selanjutnya di wilayah tersebut. Indeks dolar AS/DXY mencapai angka 109,16 pada pukul 15:00 WIB, meningkat dari posisi sebelumnya di 108,96.
Berbagai faktor ini telah mempengaruhi stabilitas mata uang di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pelemahan rupiah menjadi refleksi dari ketidakpastian global yang berdampak langsung pada ekonomi domestik.
Secara mingguan, rupiah telah mengalami koreksi sebesar 1,11%, menunjukkan dampak signifikan dari ketidakstabilan geopolitik terhadap nilai tukar mata uang.
Ke depannya, kondisi ini mendorong para pelaku pasar untuk lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi dan investasi. Perlunya pemantauan terus-menerus terhadap situasi di Timur Tengah sangat penting bagi stabilitas ekonomi global.
Dari perspektif seorang jurnalis, situasi ini mengingatkan kita akan pentingnya stabilitas geopolitik dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Ketidakpastian di satu wilayah dapat memiliki dampak luas hingga ke pasar finansial global. Oleh karena itu, upaya-upaya diplomatik untuk mencapai perdamaian di wilayah konflik seperti Timur Tengah tetap menjadi prioritas utama bagi dunia internasional.