Dalam beberapa hari terakhir, kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur mengalami gelombang protes yang mengejutkan. Di Kota Solo, coretan vandalisme bertuliskan "Adili Jokowi" muncul di berbagai sudut kota, sementara di Surabaya, ratusan massa melakukan aksi unjuk rasa di depan Mapolda Jawa Timur. Situasi ini mencerminkan ketidakpuasan sebagian masyarakat terhadap mantan Presiden Joko Widodo. Meskipun tulisan provokatif tersebut telah dihapus oleh Satpol PP, aksi demonstrasi di Surabaya tetap berlangsung dengan tuntutan pengadilan atas kasus korupsi yang diduga terjadi selama kepemimpinannya.
Pada akhir pekan lalu, warga Kota Solo terkejut mendapati tulisan-tulisan vandalisme yang tersebar di berbagai lokasi strategis. Dalam suasana musim gugur yang indah, kata-kata "Adili Jokowi" muncul di dinding-dinding jalan utama seperti Prof Dr Soeharso, Moh Husni Thamrin, Samratulangi, Ahmad Yani, dan Menteri Supeno. Tulisan tersebut dibuat menggunakan cat semprot dan ditujukan untuk mengekspresikan ketidakpuasan terhadap mantan pemimpin negara. Namun, sebelum menjadi perhatian luas, pihak otoritas setempat cepat tanggap dan menghapus semua coretan tersebut guna menjaga keindahan kota sesuai dengan regulasi lingkungan hidup.
Sementara itu, di Surabaya, ratusan aktivis dari Gerakan Arek Suroboyo menggelar aksi besar-besaran di depan Mapolda Jawa Timur. Pada hari Jumat (7/2/2025), para demonstran membawa spanduk-spanduk yang menuntut pengadilan terhadap Joko Widodo karena dugaan korupsi dan kebijakan kontroversialnya. Aksi ini berlangsung dengan dramatis, termasuk teater jalanan yang melambangkan tuntutan keadilan. Koordinator lapangan, Yusak Firmansyah, menekankan bahwa tujuan utama adalah meminta transparansi hukum dan kritik terhadap kebijakan pemerintahan sebelumnya. Aksi ini sempat memicu ketegangan ketika massa tidak mendapatkan respons dari pihak Mapolda, namun situasi akhirnya kembali normal setelah beberapa saat.
Berita ini mengingatkan kita akan pentingnya dialog konstruktif dalam menyuarakan kritik dan aspirasi masyarakat. Sebagai jurnalis, kami percaya bahwa setiap suara memiliki hak untuk didengar, namun harus dilakukan dengan cara-cara yang damai dan bermartabat. Harapan kami, kedepannya, proses demokrasi dapat berjalan lebih harmonis tanpa mengorbankan keamanan dan ketertiban umum.