Gaya Hidup
Gen Z Bisa Hidup Lebih Miskin dari Generasi Sebelumnya Gara-Gara Ini
2024-09-28
Generasi Z Terancam Lebih Miskin, Fenomena "Doom Spending" Mengintai
Di tengah ketidakpastian ekonomi yang semakin mencekam, muncul fenomena baru yang disebut "Doom Spending". Fenomena ini terkait dengan kekhawatiran generasi Z akan masa depan ekonomi mereka yang semakin suram, mendorong mereka untuk berbelanja secara berlebihan dan tidak terkendali.Belanja Impulsif Sebagai Pelarian dari Kecemasan Ekonomi
Memahami Doom Spending
Doom Spending merujuk pada perilaku berbelanja yang tidak terkendali, biasanya dilakukan sebagai bentuk pelarian dari stres dan kecemasan akan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Psikolog menjelaskan bahwa perilaku ini muncul ketika seseorang merasa khawatir dan pesimis terhadap masa depan, sehingga mereka mencoba untuk mengalihkan perhatian dengan berbelanja.Kemudahan akses informasi melalui smartphone serta fitur-fitur seperti "Buy Now, Pay Later" juga turut mendorong perilaku Doom Spending ini. Seseorang dapat dengan mudah tergoda untuk berbelanja secara impulsif tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang.Fenomena Global, Ancaman bagi Generasi Z
Survei yang dilakukan oleh Intuit Credit Karma di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat (96%) merasa khawatir dengan kondisi ekonomi saat ini. Lebih dari seperempat dari mereka bahkan menghabiskan uang untuk mengatasi stres.Meskipun belum ada kajian mendalam mengenai fenomena Doom Spending di Indonesia, ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menyatakan bahwa gejala perilaku serupa dapat terjadi di tanah air. Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa generasi Z dan milenial di Indonesia, yang merupakan mayoritas usia produktif, memiliki kecenderungan yang serupa dengan di AS.Literasi Keuangan yang Rendah, Pemicu Doom Spending
Yusuf Rendy Manilet menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mendorong perilaku Doom Spending adalah rendahnya tingkat literasi keuangan di Indonesia. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024, Indeks Literasi Keuangan Nasional hanya berada di angka 65,43 persen.Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia (88,37 persen), Singapura (97,55 persen), dan Thailand (95,58 persen). Kurangnya pemahaman mengenai pengelolaan keuangan yang baik dapat menyebabkan seseorang terjerumus dalam perilaku Doom Spending.Pemerintah Harus Bertindak untuk Menjaga Stabilitas Ekonomi
Yusuf Rendy Manilet menekankan bahwa perilaku Doom Spending muncul ketika kondisi ekonomi tidak stabil dan terdapat ketakutan akan masa depan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri.Jika pemerintah tidak segera mengatasi masalah ini, Yusuf khawatir bahwa perilaku Doom Spending akan semakin marak di Indonesia. Hal ini dapat berdampak buruk bagi kesejahteraan finansial generasi Z dan milenial, yang merupakan tulang punggung ekonomi di masa depan.