Gaya Hidup
Gen Z dan Milenial Diprediksi Lebih Cepat Miskin, Ini Alasannya
2024-09-24
Generasi Z dan Milenial: Ketika Belanja Impulsif Mengancam Masa Depan Finansial
Generasi Z dan Milenial, dua kelompok yang sering disebut-sebut sebagai generasi yang lebih cepat miskin dibandingkan generasi lainnya. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan "doom spending" atau belanja impulsif yang dilakukan untuk menenangkan diri akibat perasaan pesimis terhadap kondisi ekonomi dan masa depan. Fenomena ini menjadi perhatian serius, mengingat dampaknya yang dapat mengancam stabilitas finansial generasi muda di masa mendatang.Memahami Bahaya "Doom Spending" bagi Generasi Z dan Milenial
Terjebak dalam Lingkaran Belanja Impulsif
Sebagian besar orang dari kelompok Generasi Z dan Milenial cenderung menghabiskan uang untuk membeli barang-barang mewah dan berlibur daripada menabung. Hal ini diidentifikasi sebagai "doom spending", yaitu berbelanja secara impulsif untuk menenangkan diri akibat perasaan pesimis terkait ekonomi dan masa depan. Dosen senior keuangan di King's Business School dan mantan bankir, Ylva Baeckstrom, menyebut bahwa "doom spending" adalah hal yang tidak sehat dan fatal. Paparan berita buruk melalui media sosial dianggap sebagai salah satu penyebab utama munculnya perilaku ini.Generasi Pertama yang Lebih Miskin dari Orang Tua
Hasil Survei Keamanan Finansial International Your Money CNBC yang dilakukan oleh Survey Monkey menunjukkan bahwa hanya 36,5 persen orang dewasa di dunia yang merasa lebih baik secara finansial daripada orang tua mereka. Sementara itu, 42,8 persen lainnya merasa bahwa mereka sebenarnya lebih buruk daripada orang tua mereka. Ylva Baeckstrom menegaskan bahwa generasi yang tumbuh saat ini adalah generasi pertama yang akan lebih miskin daripada orang tua mereka untuk waktu yang sangat lama. Hal ini menimbulkan perasaan bahwa mereka mungkin tidak akan pernah bisa mencapai apa yang dicapai orang tua mereka.Ilusi Kendali dan Kehilangan Kendali di Masa Depan
Pengeluaran untuk hal-hal tidak penting menciptakan ilusi kendali di dunia yang terasa seperti tidak terkendali. Namun, yang sebenarnya terjadi adalah hal itu membuat seseorang kehilangan kendali di masa depan. Jika uang yang seharusnya disimpan dan diinvestasikan dihabiskan untuk belanja impulsif, maka kemungkinan untuk membeli rumah di masa depan akan semakin sulit.Rasa Ingin Melarikan Diri dari Realitas
Pendiri startup asal Silicon Valley, Daivik Goel, mengakui bahwa kebiasaan borosnya, seperti membeli pakaian mewah, produk teknologi terbaru, dan berfoya-foya, berawal dari rasa tidak puas dengan pekerjaan dan tekanan dari teman sebayanya. Hal ini menunjukkan bahwa "doom spending" dapat menjadi upaya untuk melarikan diri dari realitas yang dihadapi.Memahami Hubungan dengan Uang sebagai Kunci Solusi
Ylva Baeckstrom menyatakan bahwa salah satu cara utama untuk mengatasi kebiasaan boros adalah memahami hubungan seseorang dengan uang. Hubungan dengan uang, seperti halnya hubungan dengan orang lain, dibentuk sejak masa kanak-kanak dan dapat membuat seseorang membentuk berbagai jenis keterikatan. Jika seseorang merasa memiliki keterikatan yang aman dengan uang, maka ia dapat membuat penilaian yang baik terhadap sesuatu. Namun, jika merasa tidak aman, maka cenderung tergoda untuk melakukan perilaku belanja yang tidak sehat.Mencegah Kebiasaan Belanja Impulsif
Samantha Rosenberg, pendiri dan COO platform pengembangan kekayaan, menyarankan beberapa cara untuk mencegah kebiasaan belanja impulsif, seperti melakukan transaksi secara langsung (bukan melalui e-commerce) dan menyalakan notifikasi transaksi pada ponsel. Hal ini dapat membantu seseorang untuk memperlambat dan berpikir lebih kritis saat berbelanja. Selain itu, Rosenberg juga merekomendasikan untuk kembali menggunakan uang tunai alih-alih non-tunai, karena metode pembayaran non-tunai dapat meningkatkan pengeluaran yang tidak perlu.Generasi Z dan Milenial, sebagai generasi yang akan menghadapi tantangan finansial yang lebih berat di masa depan, perlu memahami bahaya "doom spending" dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi kebiasaan belanja impulsif. Dengan memahami hubungan mereka dengan uang dan menerapkan strategi pencegahan, diharapkan generasi muda dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk mencapai stabilitas finansial yang lebih baik di masa mendatang.