Pada sesi perdagangan pertama Senin (20/1/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan peningkatan. Hal ini terjadi setelah pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat untuk periode kedua. IHSG berhasil mencapai level psikologis 7.200 dengan penguatan sebesar 0,44%. Volume transaksi mencapai 10,6 miliar lembar saham, sementara nilai transaksinya sekitar Rp 6,7 triliun. Tiga bank besar Himbara dan Indofood menjadi penyokong utama indeks ini. Meski ada optimisme, kebijakan proteksionisme Trump tetap memicu kekhawatiran pasar global.
Pasar merespons dinamika ekonomi global dan nasional yang sudah diprediksi sejak awal tahun. Data ekonomi AS yang dirilis menunjukkan kondisi tenaga kerja yang kuat namun inflasi yang ketat, mengindikasikan laju pemotongan suku bunga akan lebih lambat. Pelantikan Trump berlangsung di Capitol Rotunda karena cuaca dingin di Washington D.C. Kebijakan Trump yang proteksionis masih menjadi sorotan, namun potensi kebijakan yang lebih lunak bisa memberikan dampak positif bagi pasar saham, termasuk Indonesia. Rilis kinerja keuangan emiten juga diharapkan bisa menjadi angin segar di tengah ketidakpastian.
Pada perdagangan sesi I hari Senin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat, mencerminkan respons pasar terhadap peristiwa global dan nasional. Penguatan ini mencapai 0,44% hingga level 7.202,49, melewati level psikologis penting 7.200. Transaksi saham mencapai volume 10,6 miliar lembar dengan nilai Rp 6,7 triliun. Ini menunjukkan aktivitas pasar yang cukup tinggi. Tiga bank besar Himbara—Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, dan Bank Negara Indonesia—menjadi penopang utama, bersama dengan Indofood, yang membantu meningkatkan indeks.
Situasi ini merupakan hasil dari respons pasar terhadap berbagai faktor ekonomi global dan lokal. Sejak awal tahun, data ekonomi global telah rilis satu per satu, termasuk kondisi tenaga kerja AS yang kuat dan inflasi yang ketat. Hal ini membuat pasar cenderung mengkonfirmasi bahwa laju pemotongan suku bunga AS akan lebih lambat pada tahun ini. Pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS untuk masa jabatan keduanya juga menjadi fokus dunia. Meskipun acara tersebut berlangsung di Capitol Rotunda karena cuaca dingin di Washington D.C., pelantikan ini membawa optimisme bagi sebagian kalangan, meski kebijakan proteksionisme Trump tetap memicu kekhawatiran pasar global, termasuk Indonesia.
Kebijakan proteksionisme yang sering dikaitkan dengan Trump telah lama menjadi sorotan pasar. Namun, dalam jangka pendek, pasar melihat beberapa ketidakpastian dari data ekonomi yang sudah dirilis dan potensi kebijakan Trump yang lebih lunak. Ini diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi pasar saham, termasuk negara berkembang seperti Indonesia. Selain itu, rilis kinerja keuangan emiten yang akan datang diharapkan dapat memberikan sentimen positif di tengah ketidakpastian saat ini.
Pelantikan Trump sebagai Presiden AS untuk masa jabatan keduanya membawa sejumlah tantangan dan peluang. Meski kebijakan proteksionisme Trump memicu kekhawatiran di pasar global, potensi kebijakan yang lebih lunak bisa memberikan dampak positif. Dalam pidato inagurasinya, Trump menyatakan komitmennya untuk membuat Amerika hebat lagi dan mengembangkan negara dengan cara yang dihormati oleh dunia. Kebijakan ini mencakup pendekatan konservatif terhadap pajak, regulasi, dan isu budaya, serta kecenderungan populis terhadap perdagangan dan peran internasional Amerika. Di Indonesia, prospek kinerja keuangan emiten yang akan datang diharapkan bisa menjadi angin segar, meski beberapa perusahaan mungkin mengalami pertumbuhan yang lebih lambat. Namun, perusahaan yang berfokus pada ekspor memiliki potensi pertumbuhan tinggi, yang bisa menjadi peluang investasi bagi investor.