Gaya Hidup
Kasus Remaja 14 Tahun Bunuh Ayah dan Nenek: Komentar Psikolog
2024-12-02
Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus pembunuhan yang dilakukan seorang remaja laki-laki berinisal MAS saat ini menjadi sorotan. Remaja berusia 14 tahun itu sangat berani menghabisi nyawa ayah kandung APW (40) dan neneknya RM (69) saat kedua orang tuanya sedang tertidur. Hal ini terjadi di Perumahan Taman Bona Indah, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, Sabtu (30/11/2024) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB. Beruntung, ibu pelaku bernama AP (40) beruntung bisa selamat meski dalam kondisi luka parah.
Motif Kasus dan Gejala Psikotik
Hingga saat ini belum jelas pasti apa motif MAS melakukan penyerangan pada keluarganya. Namun, dari pemeriksaan sementara yang sudah dilakukan, MAS mengaku mendengar ‘bisikan gaib’. Psikolog klinis Anastasia Sari Dewi menjelaskan bahwa ‘bisikan gaib’ biasanya merupakan salah satu bentuk gejala psikotik yaitu halusinasi auditorik. Kondisi ini terjadi ketika panca indera kesulitan membedakan antara realita dan yang hanya ada di pikiran. Hal ini sering membuat realitanya tidak bisa dibedakan dengan baik. Bisa juga dalam bentuk penglihatan dan sensasi lain di panca inderanya, seperti di kulit dan sebagainya. Sari mengatakan kondisi halusinasi auditorik biasanya merujuk pada gejala skizofrenia. Namun, pemeriksaan lanjutan pada pasien tersebut perlu dilakukan untuk memberikan diagnosis yang pasti. Sari juga menjelaskan bahwa kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres berlebih, trauma, depresi berat, faktor genetik, hingga faktor cedera pada area kepala.Faktor-faktor yang Mungkin Menyebabkan Halusinasi Auditorik
Stres berlebih dapat menjadi salah satu faktor yang memicu halusinasi auditorik. Ketika seseorang mengalami stres yang berlebih, kondisi psikologis mereka bisa menjadi tidak stabil dan panca indera mereka bisa lebih rentan terhadap pengalaman halusinasi. Trauma juga bisa mempengaruhi kondisi ini. Jika seseorang mengalami trauma yang parah, seperti kecelakaan atau kehilangan orang terdekat, itu bisa mengakibatkan panca indera mereka berubah dan mengakibatkan halusinasi auditorik. Depresi berat juga bisa mempengaruhi kondisi psikologis seseorang dan membuat mereka lebih rentan terhadap halusinasi. Faktor genetik juga bisa memainkan peran. Jika seseorang memiliki keturunan yang memiliki masalah psikologis, maka mereka lebih mungkin mengalami halusinasi auditorik. Faktor cedera pada area kepala juga bisa menyebabkan masalah psikologis seperti halusinasi auditorik. Jika seseorang mengalami cedera pada area kepala yang berhubungan dengan fungsi panca indera, maka itu bisa mengakibatkan perubahan dalam fungsi panca indera tersebut dan mengakibatkan halusinasi.Implikasi Kasus dan Langkah-langkah Pencarian Solusi
Kasus ini memiliki implikasi yang cukup besar. Tidak hanya bagi keluarga yang terlibat, tetapi juga bagi masyarakat secara umum. Hal ini mengingatkan kita pada pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental dan psikologis. Langkah-langkah pencarian solusi perlu dilakukan dengan cermat. Pertama, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan pada pasien untuk memberikan diagnosis yang pasti. Setelah itu, perlu diberikan perawatan psikologis yang sesuai dengan kondisi pasien. Selain itu, juga perlu diberikan dukungan sosial kepada keluarga yang terlibat untuk membantu mereka menghadapi situasi ini. Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang masalah psikologis, perlu dilakukan edukasi tentang kesehatan mental dan psikologis. Dengan begitu, masyarakat bisa lebih mengetahui tentang gejala-gejala psikotik seperti halusinasi auditorik dan bisa lebih cepat mengidentifikasi dan menangani masalah psikologis yang terjadi di sekitar mereka.