Pada era global yang semakin dinamis, keterampilan manajemen krisis menjadi sangat penting, terutama bagi mahasiswa jurusan Hubungan Internasional. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Pasundan berkolaborasi dengan perusahaan strategis NEXUS Risk Mitigation & Strategic Communication, telah menyelenggarakan pelatihan khusus ini. Dekan FISIP Universitas Pasundan menekankan pentingnya mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi tantangan global, sementara Ketua Prodi HI menjelaskan bahwa pelatihan ini tidak hanya memberikan keterampilan praktis tetapi juga meningkatkan daya saing lulusan. CEO NEXUS RMSC menyoroti peran diplomat sebagai komunikator utama dalam menjaga citra negara dan mengelola narasi krisis.
Kompleksitas hubungan antarnegara semakin meningkat, sehingga pemahaman dan kemampuan mengelola krisis menjadi kompetensi yang sangat berharga. Dekan FISIP Universitas Pasundan, Kunkunrat Yudhani, menegaskan bahwa kesiapan mahasiswa dalam menghadapi tantangan global sangat penting. Dalam dunia yang semakin terhubung, kemampuan mengelola krisis bukan hanya sekadar keahlian, tetapi juga merupakan kebutuhan mendesak bagi para profesional masa depan.
Berkolaborasi dengan industri, Prodi Ilmu Hubungan Internasional (HI) Universitas Pasundan telah melihat urgensi ini dan merespons dengan menyelenggarakan pelatihan manajemen krisis. Ketua Prodi HI, Tine Ratna Poerwantika, menegaskan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi kompleksitas dunia kerja modern. Selain memberikan keterampilan praktis, pelatihan ini juga berfungsi untuk meningkatkan daya saing mahasiswa di pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif. Di era global ini, kemampuan mengelola krisis menjadi salah satu aset paling berharga bagi mereka yang ingin sukses di bidang diplomasi dan hubungan internasional.
Diplomat modern tidak hanya berperan dalam negosiasi antarnegara, tetapi juga harus mampu membangun dan menjaga citra negara di mata dunia. CEO NEXUS RMSC, Firsan Nova, menekankan bahwa diplomat adalah komunikator utama yang membawa kepentingan nasional ke panggung global. Kemampuan mengelola krisis dan menjaga reputasi negara saat menghadapi tantangan diplomatik menjadi kompetensi wajib bagi setiap diplomat.
Firsan juga menyoroti pentingnya keterampilan dalam mengelola narasi krisis, terutama dengan cepatnya penyebaran informasi di media massa dan media sosial. Dalam dunia yang serba cepat ini, ketidakmampuan mengelola komunikasi krisis bisa berujung pada eskalasi isu yang merugikan negara maupun organisasi. Oleh karena itu, pelatihan manajemen krisis ini menjadi langkah strategis untuk mempersiapkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan global dan mempertahankan integritas dan reputasi negara di kancah internasional.