Dinamika pasar saham Indonesia di penghujung tahun 2024 menunjukkan gelombang optimisme yang kembali muncul. Investor tampak mulai melirik kembali peluang investasi di Tanah Air, meskipun sikap wait and see masih mendominasi. Dampak dari kebijakan The Fed yang dipangkasnya suku bunga acuan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG.
Kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke 4,35-4,50% memberikan dorongan awal bagi pasar saham Indonesia. Namun, bank sentral AS juga menyampaikan sikap hati-hati dalam penyesuaian kebijakan moneter untuk tahun 2025, yang diperkirakan hanya akan terjadi dua kali pemangkasan, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.
Pasar saham Indonesia mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp 4,8 triliun dengan volume transaksi mencapai 8,4 miliar lembar saham. Sebanyak 562.241 kali transaksi dilakukan, dengan 286 saham menguat, 253 saham melemah, dan 224 saham cenderung stagnan. Sektor properti menjadi penopang terbesar IHSG dengan kontribusi 0,45%, sementara sektor industri menjadi penekan terbesar dengan dampak negatif 0,64%.
Emiten pertambangan Grup Salim PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menjadi penopang utama IHSG dengan kontribusi 10,7 indeks poin. Ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan masih memiliki potensi besar dalam mendukung performa pasar saham Indonesia. Meski demikian, investor tetap harus waspada terhadap dinamika global yang dapat mempengaruhi kinerja pasar lokal.
Seperti yang dijelaskan oleh Senior Ekonom BCA, Barra Kukuh Mamia, hasil pertemuan The Fed yang dinilai hawkish telah membuat pasar berorientasi risk-off. Investor cenderung mencari aman dengan membeli USD dan meningkatkan yields. Hal ini mempengaruhi sentimen pasar dan membuat IHSG mengalami tekanan.
Menurut Arwendy Rinaldi Moechtar dari Mitra Andalan Sekuritas, IHSG kemungkinan besar tidak akan mencapai level 7.500 hingga akhir tahun. Dia menilai bahwa pasar saham Indonesia masih diliputi pesimisme investor, terlihat dari derasnya aliran dana asing keluar. Kebijakan pemerintah seperti pajak dan regulasi lainnya semakin membebani kondisi pasar.
Analis Senior Investment Information Mirae Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa IHSG bisa mencapai level resisten 7.500-an dengan support 6.895 hingga 6.655. Jika IHSG turun di bawah 6.895, maka ada perkiraan wave C support di 6.655. Namun, jika sentimen positif kembali kuat, IHSG bisa mencapai major resistance di 7.325 hingga 7.531.
Untuk investor, penting untuk mempertimbangkan strategi jangka panjang dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi jangka pendek. Meski tantangan masih ada, peluang investasi di pasar saham Indonesia tetap terbuka lebar. Investor perlu melakukan analisis mendalam dan memperhatikan sentimen pasar serta kebijakan ekonomi global.