Pergerakan indeks saham di hari kedua tahun 2025 dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pemulihan sektor manufaktur dan kebijakan pajak baru. Data Purchasing Managers’ Index (PMI) menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur Indonesia telah kembali ke jalur ekspansif setelah lima bulan berada di zona kontraksi. Angka PMI terbaru mencapai 51,2 pada Desember 2024, menjadi yang tertinggi dalam tujuh bulan terakhir. Hal ini memberikan sinyal positif bagi investor, yang semakin optimis tentang prospek pasar saham di awal tahun ini.
Peningkatan tarif PPN menjadi 12% untuk barang dan jasa mewah juga berkontribusi pada penguatan IHSG. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 15 Tahun 2023 menentukan kategori barang mewah yang dikenai PPN tersebut. Meskipun kenaikan PPN ini hanya ditujukan kepada segmen tertentu, dampaknya tetap signifikan bagi pasar modal. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pendapatan negara tanpa membebani sektor riil secara luas.
Berbagai jenis barang kebutuhan pokok dan penting (Bapokting) mendapatkan fasilitas PPN, namun masih ada beberapa item yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2020 mengatur rincian Bapokting, dan upaya perluasan fasilitas PPN untuk item yang masih terutang menjadi prioritas pemerintah. Ini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga dan aksesibilitas barang-barang esensial bagi masyarakat luas.
Fenomena January Effect menjadi sorotan utama di awal tahun 2025. Setelah Santa Claus Rally tidak terjadi pada Desember 2024, pasar berharap adanya momentum positif di awal Januari. Fenomena ini berkaitan erat dengan praktik window dressing yang dilakukan oleh manajer investasi sejak akhir tahun sebelumnya hingga pertengahan Januari. Investor berharap bahwa IHSG akan menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan periode sebelumnya.
Dengan kondisi IHSG yang cenderung mendatar pada Desember 2024, pelaku pasar mengantisipasi adanya penguatan di awal tahun ini. Fenomena ini bukan hanya tentang sentimen psikologis, tetapi juga didukung oleh fundamental ekonomi yang membaik. Para analis memperkirakan bahwa January Effect akan memberikan dorongan positif bagi pasar saham Indonesia, terutama jika didukung oleh kebijakan moneter dan fiskal yang tepat.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, nilai transaksi IHSG mencapai sekitar Rp 639 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,4 miliar lembar saham. Transaksi ini dilakukan sebanyak 68.454 kali, menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi dari para investor. Meskipun penguatan IHSG sempat sedikit terpangkas menjadi 0,32% ke posisi 7.186,19, indeks ini tetap mendekati level psikologis 7.200. Sentimen positif ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk data manufaktur yang membaik dan kebijakan PPN yang baru.
Investor mengantisipasi bahwa tren positif ini akan berlanjut di sesi-sesi perdagangan berikutnya. Dengan dukungan dari fundamental ekonomi yang kuat dan kebijakan pemerintah yang mendukung, pasar saham Indonesia diharapkan dapat menunjukkan performa yang lebih baik di awal tahun 2025. Peluang investasi di sektor-sektor strategis seperti manufaktur dan barang mewah menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelaku pasar.