Pasar
Penyebab IHSG Meningkat 1,35% dan Kembali Cerah
2024-12-04
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan kebanggaan pada perdagangan sesi I Rabu (4/12/2024). Saat ini, IHSG melonjak 1,35% dan berada pada posisi 7.293,03. IHSG semakin mendekati level psikologis 7.300. Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini mencapai sekitar Rp 4,2 triliun dengan volume transaksi mencapai 8,3 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 579.407 kali.

Berpindah dari Negatif ke Positif

IHSG mulai kembali bangkit sejak perdagangan Selasa kemarin. Pada perdagangan kemarin, IHSG berhasil ditutup melejit lebih dari 2%. Ini menunjukkan bahwa IHSG memiliki potensi untuk terus berkembang. Ada beberapa penyebab yang menyebabkan IHSG kembali sumringah pada sesi I hari ini. Pertama, asing mulai kembali melirik saham-saham di Indonesia, terutama saham-saham blue chip atau big cap. Kedua, harapan pasar akan adanya fenomena window dressing pada akhir tahun ini. Ketiga, prospek pemangkasan suku bunga acuan.

Penguatan oleh Modal Asing

Penguatan IHSG seiring masuknya modal asing atau foreign inflow sebesar Rp 2,08 triliun. Dalam rincian, ada Rp 797 miliar di pasar reguler dan Rp 1,28 triliun di pasar tunai dan negosiasi. Ini merupakan inflow pertama yang baik untuk pasar reguler maupun secara keseluruhan setelah outflow terjadi sejak 6 November 2024. Inflow ini menjadi faktor utama kinerja negatif IHSG dalam satu bulan terakhir hingga mencapai 2,61%.

Window Dressing dan Saham Perbankan

Harapan pasar akan terjadinya window dressing juga turut menjadi penyebab IHSG kembali bergairah. Pasar modal biasanya memasuki musim window dressing sebelum akhir tahun. Window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh perusahaan dan manajer investasi untuk menarik investor dengan mempercantik laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnis. Saham perbankan menjadi salah satu sektor yang akan tertopang oleh fenomena window dressing. Tiap tahunnya, perbankan akan mempercantik kinerja akhir tahunnya. Selain itu, valuasi perbankan raksasa yang masih cukup murah juga menambah daya tarik saham tersebut. Efek dari strategi ini biasanya tidak hanya berlangsung pada akhir kuartal tetapi bisa berlanjut ke bulan bulan setelahnya, dikenal sebagai January Effect. Kondisi makro ekonomi juga semakin mendukung.

Prospek Pemangkasan Suku Bunga

Sektor-sektor yang sensitive terhadap suku bunga mengalami lonjakan setelah sinyal terbaru dari Federal Reserve (The Fed). The Fed menyatakan akan melanjutkan pemangkasan suku bunga acuan pada Desember nanti. Gubernur The Fed Atlanta, Raphael Bostic mengatakan belum memutuskan apakah pemotongan suku bunga diperlukan bulan ini tetapi tetap yakin para pejabat harus terus memangkas suku bunga dalam beberapa bulan ke depan. Ini menjadi kabar baik bagi pasar keuangan RI.
More Stories
see more