Pasar
Perbankan RI Bersaing Mendapat Dana DPK, Henoch Munandar Nyatakan
2024-12-04
Jakarta, CNBC Indonesia – Saat ini, kondisi likuiditas menjadi perhatian utama di industri perbankan di Indonesia. Perbankan tengah berusaha keras untuk mendapatkan dana pihak ketiga (DPK) untuk memastikan kelembagaan likuiditas mereka.

Persaingan dalam Mendapatkan Dana Murah

Menurut Presiden Direktur SMBC Indonesia (BTPN) Henoch Munandar, salah satu fokus industri perbankan saat ini adalah bersaing untuk mendapatkan dana murah. "Salah satu fokus perbankan adalah mendapatkan persaingan dana murah. Ini menjadi salah satu sumber utama yang kita teliti," katanya saat Konferensi Pers SMBC Indonesia Rebranding Conception, Selasa (3/12/2024).Dalam kondisi suku bunga acuan masih tinggi, Henoch mengatakan pihaknya selalu siap dengan sumber-sumber pendanaan lainnya. Salah satunya melalui penerbitan surat obligasi. "Saya rasa ini merupakan bagian dari skema pendanaan berkelanjutan. Hal ini umum di industri perbankan. Kita juga mengantisipasi situasi menarik seperti dinamika suku bunga," ujarnya.SMBC Indonesia berencana menerbitkan obligasi berkelanjutan V tahap II dengan pokok sebesar Rp1,39 triliun. Mengutip prospektus, bank yang sebelumnya bernama BTPN menargetkan penerbitan obligasi ini dapat mengumpulkan sebesar Rp3 triliun.Obligasi tersebut terdiri dari dua seri. Seri A ditawarkan sebesar Rp429,91 miliar dengan bunga obligasi 6,70% per tahun dan jangka waktu 3 tahun sejak tanggal emisi. Seri B, yang ditawarkan sebesar Rp966,50 miliar dengan bunga obligasi 6,95% dan jangka waktu 5 tahun sejak tanggal emisi.SMBC Indonesia berencana seluruh dana yang dihimpun dari hasil Penawaran Umum Obligasi, setelah dikurangi biaya-emisi, akan digunakan untuk pertumbuhan usaha dalam bentuk pemberian kredit.Dalam prospektusnya, SMBC Indonesia juga menyatakan akan fokus untuk menumbuhkan penyaluran kredit "dengan menetapkan risk appetite yang sejalan dengan tujuan yang diperlukan dan melalui value chain." Mereka ingin mengoptimalkan saluran distribusi dan kolaborasi lintas lini bisnis serta kemitraan strategis dengan ekosistem pasar.

Persaingan dengan Bank Konvensional dan Fintech

Namun, bank milik SMBC asal Jepang mengakui sedang menghadapi persaingan dalam menjalankan kegiatan usahanya. SMBC Indonesia menemukan adanya persaingan tidak hanya dengan bank konvensional, tetapi juga dengan perusahaan fintech."Perseroan menghadapi persaingan dalam menjalankan kegiatan usahanya dengan meningkatnya penerapan teknologi digital yang terus berkembang di industri perbankan baik dari perusahaan fintech, bank digital maupun bank konvensional dengan layanan perbankan digital serta persaingan dari bank-bank skala besar. Sedang Perseroan terus berupaya untuk meningkatkan pangsa pasar," tulis SMBC dalam prospektus tersebut.Bank itu menambahkan bahwa pesaing terdekat mereka saat ini adalah bank-bank swasta nasional yang termasuk dalam kategori Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 3.

Tantangan dalam Isu Likuiditas

Bank digital juga mengakui adanya tantangan dalam isu likuiditas. Menurut Presiden Direktur Krom Bank (BBSI) Anton Hermawan, "perang DPK paling dahsyat" terjadi di bulan Desember ini, di penghujung tahun 2024.Presiden Direktur Krom Bank Anton Hermawan mengatakan saat ini DPK menjadi incaran industri perbankan, dan semua berusaha untuk mendapatkannya. "Jadi sebenarnya perang insentif, perang cashback, perang hadiah itu menjadi sesuatu yang sangat dimunculkan di tahun ini. Dan saya rasa untuk tahun depan juga nggak akan berhenti sih, masih akan terus," ujarnya di Penang Bistro, Selasa (3/12/2024).Tantangan ini membuat sebagian kecil bank merasa pesimis bisa mencapai target pertumbuhan DPK sesuai rencana bisnis bank (RBB) Tahun 2024. Hal itu terungkap dalam Laporan Hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (SBPO) triwulan IV-2024. Salah satu penyebabnya adalah karena persaingan suku bunga yang cukup ketat antar bank.(ayh/ayh)Saksikan video di bawah ini:Video: Kabar Terkini Soal Laba Hingga IPO Saham Emiten di BEI
More Stories
see more