Pasar
Perkembangan Ekonomi Global: Dampak Inflasi AS terhadap Bursa Asia
2024-12-23
Bursa saham di kawasan Asia mengalami penguatan signifikan pada perdagangan awal Senin (23/12/2024). Kenaikan ini didorong oleh data inflasi Amerika Serikat yang menunjukkan peningkatan positif, memberikan harapan akan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut di tahun mendatang. Selain itu, ada juga rasa lega karena pemerintah AS berhasil mencegah penutupan.

Momen Penting: Data Inflasi AS Dorong Optimisme Pasar

Data ekonomi AS yang dirilis baru-baru ini menunjukkan inflasi bulanan AS melambat pada November, setelah beberapa bulan memperlihatkan sedikit perbaikan. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang menjadi ukuran inflasi favorit The Fed, hanya meningkat 0,1% dari bulan sebelumnya. Angka tersebut mencerminkan tingkat inflasi tahunan sebesar 2,4%, masih di atas target The Fed sebesar 2%, namun lebih rendah dari estimasi 2,5% dari Dow Jones. Pembacaan bulanan juga 0,1 poin persentase di bawah perkiraan.

Tidak termasuk makanan dan energi, PCE inti juga naik 0,1% per bulan dan 2,8% lebih tinggi dari tahun lalu, dengan kedua pembacaan ini juga 0,1 poin persentase di bawah perkiraan. Pejabat The Fed umumnya memandang PCE inti sebagai indikator tren inflasi jangka panjang yang lebih akurat karena tidak mencakup kategori gas dan bahan makanan yang fluktuatif.

Dampak Langsung Terhadap Pasar Keuangan

Angka inflasi tersebut mencerminkan sedikit peningkatan harga barang dan kenaikan harga jasa sebesar 0,2%. Harga pangan dan energi juga mencatat kenaikan sebesar 0,2%. Dalam rentang waktu 12 bulan, harga barang turun 0,4%, tetapi jasa naik 3,8%. Harga pangan naik 1,4% sementara energi turun 4%. Perkembangan ini berdampak langsung pada pasar keuangan global, terutama di kawasan Asia.

Saham di bursa Asia merespons positif terhadap data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan. Ini menciptakan suasana optimisme di kalangan investor, yang berharap bahwa The Fed akan mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut di tahun depan. Peluang pemotongan suku bunga pada bulan Maret dan Mei 2025 meningkat, meskipun diperkirakan hanya dua kali pemotongan seperempat poin menjadi 3,75-4,0% untuk seluruh tahun 2025.

Implikasi Jangka Panjang bagi Ekonomi Global

Setelah serangkaian keputusan bank sentral baru-baru ini, minggu ini relatif tenang tanpa adanya pidato penting dari The Federal Reserve atau data AS yang signifikan. Namun, dampak dari laporan inflasi AS masih cukup kuat untuk mengangkat indeks MSCI untuk saham di Asia-Pasifik. Hal ini menciptakan momentum positif bagi ekonomi global.

Perekonomian yang relatif kuat di AS dan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi menjadi faktor pendukung bagi dolar AS. Namun, ini juga menjadi tantangan bagi negara-negara berkembang yang harus melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas mata uang mereka agar tidak terdepresiasi terlalu jauh dan memicu inflasi domestik. Situasi ini menunjukkan kompleksitas hubungan antara ekonomi global dan kebijakan moneter AS.

More Stories
see more