Pasar
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Merosot: Apa yang Terjadi dengan Likuiditas Perbankan?
2025-01-24
Laporan terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan penurunan signifikan dalam pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) per Desember 2024. Meskipun ada perlambatan, likuiditas perbankan tetap aman dan memadai, menurut Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar. Namun, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat tantangan daya beli masyarakat yang rendah, berdampak pada pertumbuhan DPK.

Perlambatan Pertumbuhan DPK Tidak Mengganggu Likuiditas Perbankan

Dinamika Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga

Pada akhir tahun 2024, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) mengalami perlambatan signifikan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Data resmi menunjukkan bahwa DPK bank hanya meningkat 4,48% secara tahunan, mencapai Rp8.837 triliun. Perlambatan ini disebabkan oleh dua komponen utama, yaitu giro dan deposito, yang tumbuh masing-masing sebesar 3,34% dan 3,5%. Meski demikian, kondisi likuiditas perbankan tetap terjaga dengan baik.Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menegaskan bahwa rasio alat likuid terhadap noncore deposit (AL/NCD) dan alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) mencapai 112,87% dan 25,95%, jauh di atas batas minimal 50% dan 10%. Ini menunjukkan bahwa sistem perbankan Indonesia masih kuat dan stabil meski menghadapi perlambatan ekonomi.

Tantangan Daya Beli Masyarakat

Sementara itu, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melaporkan kondisi tabungan masyarakat yang semakin seret pada akhir tahun 2024. Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengakui bahwa daya beli rendah menjadi tantangan utama yang berpengaruh pada pertumbuhan DPK. Menurut data LPS, pertumbuhan DPK sempat mencapai 9% secara tahunan, namun kemudian turun hingga 6% dan bahkan hanya 4,21% pada Desember 2024.Fenomena "makan tabungan" atau "mantab" masih berlangsung, dimana masyarakat menggunakan simpanan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini diprediksi akan berlanjut hingga ekonomi Indonesia mulai pulih. Purbaya memperkirakan pemulihan ekonomi akan dimulai pada pertengahan triwulan II-2024 dan berlanjut hingga akhir tahun.

Prediksi Pemulihan Ekonomi

Meski menghadapi tantangan, para ekonom optimis bahwa ekonomi Indonesia akan mulai membaik pada semester kedua 2024. Berbagai faktor seperti kenaikan investasi asing, peningkatan permintaan domestik, dan program pemerintah untuk mendukung UMKM diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi.Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan bahwa kondisi saat ini hanya bersifat sementara dan ekonomi akan mulai membaik pada triwulan kedua hingga keempat 2024. Upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan daya beli masyarakat juga dinilai penting dalam mendukung pemulihan ini.

Strategi Meningkatkan Daya Beli Masyarakat

Untuk mengatasi perlambatan pertumbuhan DPK, pemerintah dan lembaga keuangan perlu merumuskan strategi efektif guna meningkatkan daya beli masyarakat. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan insentif fiskal kepada sektor riil, seperti industri manufaktur dan perdagangan. Selain itu, peningkatan akses kredit bagi UMKM juga dapat membantu meningkatkan aktivitas ekonomi.Selain itu, pemerintah juga perlu memperkuat program-program sosial untuk membantu kelompok masyarakat yang paling terdampak oleh perlambatan ekonomi. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan pertumbuhan ekonomi dapat kembali meningkat dan mendorong pertumbuhan DPK yang lebih kuat di masa mendatang.
More Stories
see more