Dalam sebuah konferensi pers baru-baru ini, Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, memberikan gambaran terkini tentang kondisi ekonomi global. Menurutnya, negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) masih menunjukkan pertumbuhan yang kuat, sementara Eropa dan Jepang mengalami penurunan. Di sisi lain, ekonomi China mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang positif. Analisis ini berdasarkan data terbaru hingga kuartal IV-2024, yang mencerminkan perubahan signifikan dalam perekonomian dunia.
Menurut Sri Mulyani, AS berhasil mempertahankan momentum pertumbuhannya, terutama didukung oleh laporan tenaga kerja yang lebih baik dari sebelumnya. "Kita dapat melihat bahwa pada kuartal IV-2024, ekonomi AS tetap kuat dan bahkan semakin kuat," kata Sri Mulyani. Ini menandakan bahwa kebijakan ekonomi AS telah berhasil mendorong pertumbuhan yang stabil. Peningkatan ini juga tercermin dalam berbagai indikator ekonomi lainnya, termasuk produksi industri dan konsumsi rumah tangga.
Berbeda dengan AS, situasi di Eropa dan Jepang tidak begitu cerah. Sri Mulyani menyebutkan bahwa kedua wilayah tersebut masih mengalami perlambatan. Faktor-faktor seperti ketidakpastian politik dan perlambatan permintaan global menjadi penyebab utama. Namun, ada sedikit kabar baik dari China. Berdasarkan data terbaru yang dirilis pada Januari 2025, pertumbuhan ekonomi China meningkat menjadi 5,4% yoy untuk kuartal IV-2024. Angka ini menunjukkan adanya percepatan yang signifikan dibandingkan periode sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi global yang heterogen ini menunjukkan dinamika yang kompleks. Meskipun AS tetap menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi dunia, negara-negara lain seperti China mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Sementara itu, Eropa dan Jepang harus berusaha keras untuk mengatasi tantangan ekonomi mereka. Situasi ini akan terus dipantau oleh para pemangku kepentingan untuk merumuskan strategi yang tepat dalam menghadapi fluktuasi ekonomi global.