Mi instan telah menjadi makanan favorit di berbagai penjuru dunia, terutama karena kemudahan penyajiannya dan rasanya yang lezat. Data dari World Instant Noodles Association menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ketiga sebagai negara dengan konsumsi mi instan tertinggi. Warga Indonesia mengonsumsi total 14,54 miliar porsi mi instan setiap tahunnya. Meskipun jumlah ini sudah sangat tinggi, China dan Hong Kong masih mendominasi dengan konsumsi mencapai 42,21 miliar porsi. Negara-negara lain seperti India, Vietnam, dan Amerika Serikat juga masuk dalam daftar sepuluh besar konsumen mi instan global.
Dalam suasana yang semakin dinamis, kegemaran akan mi instan di Indonesia mencerminkan tren global. Menurut data terbaru, Indonesia berada di posisi ketiga dalam hal konsumsi mi instan, dengan warganya menghabiskan hingga 14,54 miliar porsi per tahun. Ini menunjukkan betapa populer mi instan di kalangan masyarakat Indonesia. Namun, ahli gizi Cara Harbstreet dari Street Smart Nutrition menekankan pentingnya mempertimbangkan aspek kesehatan. Ia menjelaskan bahwa meskipun mi instan mengandung banyak natrium dan kurang serat serta vitamin, konsumsinya dapat disesuaikan untuk meningkatkan nilai nutrisi.
Salah satu saran Harbstreet adalah menambahkan sayuran dan protein ke dalam hidangan mi instan. “Menambahkan sayuran seperti jamur, wortel, atau kacang panjang dapat meningkatkan rasa dan nutrisi,” kata Harbstreet. Selain itu, penggunaan lebih sedikit bumbu dan penyaringan mi yang telah dimasak juga dapat membantu mengurangi kadar natrium.
Dengan pendekatan ini, mi instan tidak hanya tetap menjadi pilihan makanan yang praktis, tetapi juga bisa lebih seimbang dari segi gizi.
Sebagai pembaca, informasi ini memberikan pandangan baru tentang bagaimana kita dapat menikmati mi instan dengan cara yang lebih sehat tanpa harus mengubah gaya hidup secara drastis. Hal ini juga menunjukkan bahwa bahkan makanan cepat saji bisa dipadukan dengan prinsip-prinsip nutrisi yang baik jika dikonsumsi dengan bijak.