Sebuah penelitian di Afrika menunjukkan bahwa tepung belalang dapat menjadi alternatif berkelanjutan untuk sumber protein tradisional. Penelitian ini mengungkap dampak positif pada kesehatan hewan uji, termasuk tidur yang lebih baik, peningkatan libido, dan pertumbuhan rambut yang sehat. Studi ini membuka peluang baru dalam pengembangan makanan yang bermanfaat bagi manusia dan hewan.
Pada musim kemarau di wilayah Afrika Barat, para ilmuwan dari Universitas Dschang di Kamerun melakukan penelitian inovatif tentang manfaat tepung belalang sebagai pengganti tepung ikan. Selama periode 12 minggu, tim peneliti membandingkan efek diet berbasis belalang dengan diet berbasis tepung ikan dan diet rendah protein pada tikus laboratorium.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan dalam berbagai aspek kesehatan tikus yang diberi diet berbasis belalang. Tikus tersebut menunjukkan tidur yang lebih nyenyak dan berkelanjutan, serta peningkatan libido yang mencolok. Selain itu, kondisi kulit dan rambut tikus juga mengalami perbaikan yang luar biasa, dengan sebagian besar rambut berada dalam kondisi optimal. Peningkatan berat badan yang sehat juga diamati, menunjukkan penyerapan nutrisi yang lebih baik.
Ditemukan bahwa tepung belalang Ruspolia nitidula memiliki potensi besar sebagai sumber protein alternatif yang berkelanjutan. Serangga ini melimpah di daerah tropis seperti Kamerun, menjadikannya pilihan yang ekonomis dan ramah lingkungan.
Dari perspektif jurnalisme, penelitian ini memberikan pandangan baru tentang pentingnya diversifikasi sumber protein di tengah tantangan keberlanjutan pangan global. Temuan ini menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi tekanan terhadap sumber daya alam dan mendukung upaya peningkatan gizi di komunitas lokal. Potensi aplikasi dalam industri makanan hewani dan manusia patut dipertimbangkan lebih lanjut.