Pergerakan rupiah melawan dolar AS pada hari Jumat (10/1/2025) diprediksi akan mengalami volatilitas yang signifikan. Para pelaku pasar menantikan data terbaru tentang lapangan kerja di Amerika Serikat, khususnya Non Farm Payroll (NFP). Selama perdagangan Kamis (9/1/2025), rupiah sempat melemah hingga mencapai level Rp16.265/US$, namun akhirnya ditutup dengan penguatan tipis 0,03% ke posisi Rp16.195/US$. Data NFP sangat penting karena mencakup sekitar 80% dari tenaga kerja di AS dan memberikan gambaran jelas tentang kondisi ekonomi serta potensi aktivitas konsumsi.
Data NFP menjadi indikator utama untuk memahami kondisi ekonomi AS selain inflasi. Ini juga berpengaruh besar terhadap kebijakan moneter yang diambil oleh Federal Reserve. Sebagai contoh, jika NFP tetap tinggi, kebijakan moneter cenderung lebih ketat. Pasar saat ini memperkirakan bahwa NFP untuk Desember 2024 akan menunjukkan peningkatan pekerjaan yang lebih lambat, sekitar 160.000 pekerjaan, dibandingkan dengan November yang mencatat 227.000 pekerjaan.
Data NFP tidak hanya memberikan gambaran tentang lapangan kerja, tetapi juga menunjukkan kesehatan ekonomi secara keseluruhan. Angka pengangguran yang stabil di 4,2% menunjukkan bahwa ekonomi AS masih dalam kondisi baik. Namun, perubahan signifikan dalam angka-angka ini dapat mempengaruhi kebijakan moneter The Fed. Selain itu, data ini sering dimanfaatkan oleh trader forex untuk melakukan transaksi jangka pendek. Tekanan indeks dolar AS (DXY) yang kuat di atas level 109 juga menambah ketidakpastian pasar.
Secara teknikal, pergerakan rupiah dalam basis waktu per jam masih terkonsolidasi. Resistance rupiah terletak di Rp16.285/US$, sementara support ada di Rp16.090/US$. Potensi penguatan rupiah bisa terjadi jika terjadi pembalikan arah. Di pasar NDF, rupiah terhadap dolar masih terkontraksi di posisi Rp16.257/US$ pada perdagangan Jumat pagi ini.
Para analis memperkirakan bahwa pergerakan rupiah akan sangat bergantung pada hasil data NFP. Jika data tersebut menunjukkan peningkatan pekerjaan yang lebih rendah dari ekspektasi, rupiah mungkin mendapatkan dorongan positif. Sebaliknya, jika data NFP lebih tinggi dari perkiraan, tekanan terhadap rupiah bisa meningkat. Oleh karena itu, para pelaku pasar harus waspada terhadap fluktuasi yang mungkin terjadi.