Gaya Hidup
Ramai Fenomena ‘Bapak Rumah Tangga’ di China, Resign Kerja-Urus Anak
2024-09-19
Ayah Paruh Waktu: Tren Baru yang Mengubah Norma Sosial di China
Fenomena ayah yang mengabdikan waktu untuk keluarga atau 'ayah paruh waktu' mulai merambah luas di China. Hal ini terjadi saat norma sosial di negara itu masih menetapkan bahwa pria adalah pencari nafkah sementara wanita mengurus rumah tangga dan anak-anak. Namun, tren ini menunjukkan pergeseran yang signifikan dalam peran gender dan prioritas keluarga di China.Mengutamakan Keluarga di Atas Karir
Salah satu contoh nyata dari tren ini adalah Chen, seorang mantan manajer proyek yang memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya demi mengabdikan diri untuk keluarga. Ia mengakui bahwa meskipun karir dan gaji yang baik dapat membantu keluarga, namun tidak ada yang lebih penting daripada kehadiran dan keterlibatan langsung dalam kehidupan anak-anak.Chen menyatakan bahwa ia ingin menjadi lebih dari sekadar "ayah yang hanya membantu secara finansial". Ia ingin menjadi teman bagi anak-anaknya, sehingga mereka dapat berbagi banyak hal bersama. Keputusannya untuk tinggal di rumah juga memberikan waktu luang bagi istrinya, Mao Li, yang merupakan penulis buku bestseller tentang ayah rumah tangga.Pergeseran Norma Sosial dan Peran Gender
Tren ayah paruh waktu di China tidak terlepas dari pergeseran norma sosial dan peran gender yang terjadi di negara tersebut. Survei pada tahun 2019 menunjukkan bahwa separuh pria China setuju untuk menjadi ayah rumah tangga, meningkat dari hanya 17% pada tahun 2007. Hal ini sejalan dengan pengakuan yang lebih luas atas hak-hak perempuan dan akses mereka ke pendidikan tinggi.Menurut Pan Xingzhi, pendiri platform konseling psikologis daring, peningkatan jumlah ayah rumah tangga disebabkan oleh fakta bahwa perempuan memiliki status yang lebih tinggi saat ini. Selain itu, orang-orang juga melihat "nilai uang", di mana mengurus bayi sendiri seringkali lebih murah daripada menyewa pengasuh atau pengasuh anak.Menjadi Ayah yang Terlibat Aktif
Salah satu contoh lain dari ayah paruh waktu di China adalah Chang Wenhao, seorang kreator konten dan pengusaha pendidikan dari kota Zhuhai. Chang menyesuaikan jam kerjanya agar 80% waktunya dapat digunakan untuk putrinya yang berusia tujuh tahun dan putranya yang berusia lima tahun. Ia terlihat aktif mengajak mereka berkemah, berkuda, bersepeda, dan mendaki gunung.Chang meyakini bahwa dalam hal metode pendidikan, dorongan, cara membangun rasa percaya diri, dan mengembangkan keterampilan serta kemandirian anak-anaknya, ia dapat memberikan hal-hal yang tidak mereka pelajari di sekolah atau dari orang dewasa lainnya.Tantangan dan Penolakan dari Masyarakat
Meskipun tren ayah paruh waktu semakin populer di China, masih ada penolakan yang muncul dari sejumlah warga, terutama yang berusia lanjut. Mereka masih berpedoman kuat bahwa ayah adalah yang seharusnya bekerja untuk menafkahi keluarganya.Xu Xiaolin, seorang ayah paruh waktu lainnya, mengungkapkan bahwa pada awalnya, orang tua dan kakek-nenek sering berkata bahwa ia harus bekerja. Bahkan, tetangga yang lebih tua terkadang berkomentar kepada mereka, yang mengganggu dan menekan Xu.Namun, dengan semakin banyaknya ayah yang memilih untuk mengabdikan diri pada keluarga, norma sosial di China perlahan-lahan mulai bergeser. Tren ini tidak hanya mengubah peran gender, tetapi juga memperkuat ikatan keluarga dan memberikan dampak positif bagi anak-anak.