Dalam respons terhadap kebijakan pertahanan rudal baru yang diumumkan oleh pemerintah Amerika Serikat, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyampaikan keprihatinan mendalam. Menurutnya, langkah-langkah yang diambil AS untuk mengembangkan sistem pertahanan rudal berbasis luar angkasa dapat memicu eskalasi persenjataan dan konflik militer. Zakharova menekankan bahwa ini bertentangan dengan upaya sebelumnya AS untuk menjaga stabilitas dan keselamatan di luar angkasa.
Zakharova menyoroti bahwa rencana pengembangan sistem pertahanan rudal oleh AS dinilai sebagai ancaman serius terhadap keamanan global. Dia menyatakan bahwa inisiatif ini menunjukkan fokus AS untuk mengubah luar angkasa menjadi medan konfrontasi bersenjata. Langkah ini juga dipandang sebagai pelanggaran terhadap norma dan prinsip perilaku di luar angkasa yang telah disepakati sebelumnya.
Berdasarkan pandangan Zakharova, pengembangan sistem pertahanan rudal canggih ini akan merusak inisiatif AS sebelumnya dalam menciptakan aturan perilaku di luar angkasa. Selain itu, hal ini juga dapat melanggar larangan pengujian rudal pendakian langsung dan pembunuh satelit. Dengan demikian, rencana ini dianggap sebagai tindakan yang sangat tidak stabil dan berpotensi merusak hubungan internasional serta keseimbangan kekuatan global.
Rusia mengevaluasi rencana pertahanan rudal AS dengan membandingkannya dengan program Strategic Defense Initiative (SDI) era Perang Dingin yang dikenal sebagai 'Star Wars'. Zakharova mengingatkan bahwa usulan Reagan pada masa itu memicu perlombaan senjata antara AS dan Uni Soviet. Meskipun program tersebut tidak berhasil sepenuhnya, dampaknya tetap signifikan.
Saat ini, Washington tampaknya berusaha mengulangi pola serupa dengan skala yang lebih besar. Zakharova menekankan bahwa pengembangan pertahanan rudal ini akan membawa kembali ketegangan internasional dan mungkin memicu perlombaan senjata baru. Dia juga menunjukkan bahwa kebijakan ini bertentangan dengan perjanjian pengendalian senjata yang telah dibuat sebelumnya, termasuk perjanjian ABM dan INF. Akibatnya, langkah ini dapat mengganggu keseimbangan keamanan global dan meningkatkan risiko konflik militer.