Pada penutupan perdagangan Jumat (20/12/2024), nilai tukar rupiah mengalami rebound setelah mengalami tekanan yang cukup signifikan sehari sebelumnya. Meskipun dalam seminggu terakhir, rupiah masih menunjukkan penurunan, namun penguatan ini memberikan sedikit harapan bagi ekonomi Indonesia. Pergerakan positif ini didorong oleh berbagai faktor global dan domestik, termasuk pelemahan Indeks Dolar AS (DXY) dan stabilitas pasar saham AS. Selain itu, data ekonomi positif dari China juga turut mendukung sentimen pasar.
Dalam suasana yang penuh ketidakpastian, mata uang rupiah berhasil bangkit pada akhir pekan ini. Di tengah fluktuasi ekstrem, rupiah mencapai level Rp16,190 per dolar AS, meningkat 0,58% dibandingkan hari sebelumnya. Ini merupakan hasil yang membanggakan, mengingat selama seminggu terakhir rupiah telah mengalami penurunan hingga 1,25%. Penyebab utama rebound ini adalah pelemahan Indeks Dolar AS (DXY), yang turun sebesar 0,16% pada pukul 15.00 WIB.
Di sisi lain, pelonggaran ketidakpastian di pasar internasional dan indikator ekonomi positif juga berkontribusi pada penguatan rupiah. Sentimen stabil di pasar saham AS, ditandai dengan kenaikan tipis indeks Dow Jones Industrial Average, serta penurunan volatilitas pasar keuangan global melalui Cboe Volatility Index yang turun hampir 13%, menjadi dorongan psikologis bagi investor.
Investor juga memperhatikan kebijakan Bank Sentral China (PBoC) yang tetap menjaga suku bunga pinjaman pada level stabil, menunjukkan fokus pada pemulihan ekonomi. Data ekonomi China yang dirilis hari ini, seperti produksi industri dan tingkat pengangguran yang menurun, serta lonjakan penjualan ritel, memberikan sentimen positif bagi prospek ekonomi regional.
Meski demikian, tekanan pada mata uang negara berkembang masih ada, terutama karena imbal hasil dolar AS yang tinggi dan arus keluar modal. Namun, arus keluar tersebut mulai mereda pada November dan Desember, memberikan ruang bagi mata uang seperti rupiah untuk bergerak lebih stabil.
Dalam pekan ini, investor juga memperhatikan inflasi Jepang yang naik, dipengaruhi oleh pelemahan yen. Hal ini membuka peluang pergeseran kebijakan Bank Sentral Jepang. Secara keseluruhan, penguatan rupiah mencerminkan optimisme pasar terhadap sentimen global yang lebih tenang, meski volatilitas masih menjadi ancaman.
Penguatan rupiah di akhir pekan ini menunjukkan bahwa meskipun tantangan global masih ada, pasar finansial Indonesia mampu merespons dengan baik terhadap perubahan kondisi ekonomi dunia. Ini menegaskan pentingnya stabilitas moneter dan kebijakan ekonomi yang kuat untuk menjaga daya saing rupiah di panggung internasional.