Pasar
Rupiah Menguat, Investor Optimistis Terhadap Kebijakan Suku Bunga The Fed
2024-11-18
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada pembukaan perdagangan Senin (18/11/2024), dan berpotensi mengalami penguatan lanjutan ke depan. Hal ini disebabkan oleh besarnya dana idle global yang berpotensi masuk ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Kebijakan Suku Bunga The Fed Menjadi Kunci Penguatan Rupiah
Tren Penurunan Suku Bunga The Fed Mendorong Aliran Dana Masuk ke Negara Berkembang
Direktur Ashmore Asset Management Indonesia, Steven Satya Yudha, mengatakan bahwa penguatan rupiah ke depan akan dipengaruhi oleh tren penurunan suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed. Penurunan suku bunga The Fed akan mendorong keluarnya dana mengendap dari AS, yang kemudian berpotensi mengalir ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.Saat ini, terdapat sekitar US$ 6-7 triliun dana mengendap idle di pasar global. Hal ini disebabkan oleh imbal hasil atau suku bunga di AS yang masih relatif tinggi. Namun, dengan adanya penurunan suku bunga The Fed, dana-dana tersebut akan mulai bergerak mencari imbal hasil yang lebih tinggi di negara-negara berkembang.Kebijakan Suku Bunga The Fed di Bawah Kepemimpinan Trump Dinilai Positif oleh Pasar
Steven Satya Yudha menjelaskan bahwa sentimen negatif yang membawa rupiah melemah pada pekan lalu hanya bersifat sementara. Hal ini dipengaruhi oleh shock pelaku pasar keuangan terhadap kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS.Namun, setelah Trump memastikan akan terus mendorong geliat pertumbuhan ekonomi AS dengan tren suku bunga acuan yang rendah, pelaku pasar keuangan kini memandang positif pemerintahan Trump. Trump dikenal sangat pro terhadap suku bunga rendah, yang diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi AS.Penurunan Suku Bunga The Fed Akan Berlanjut, Mendorong Penguatan Rupiah
Suku bunga acuan The Fed telah diturunkan sekitar 75 basis points (bps) hingga ke level 4,5%-4,75% per November 2024 dari level puncaknya 5,25%-5,5% hingga Agustus lalu. Steven Satya Yudha meyakini bahwa penurunan suku bunga The Fed akan terus berlanjut, dengan kemungkinan pemangkasan lagi sebesar 50-75 bps ke depan.Hal ini akan semakin mendorong dana idle sebesar US$ 6 triliun untuk keluar dari AS dan mencari imbal hasil yang lebih tinggi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dengan demikian, penguatan rupiah terhadap dolar AS berpotensi berlanjut di masa mendatang.