Pasar
Tindakan BI dan PBoC: Dampak pada Pasar Saham Indonesia
2024-11-18
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mula dibuka dengan kecenderungan volatil pada awal perdagangan sesi I Senin (18/11/2024). Investor berada dalam keadaan wait and see terkait rilis data ekonomi dan agenda penting di Indonesia pada pekan ini. Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG naik 0,11% ke posisi 7.168,83. Namun, lima menit setelah sesi I dibuka, IHSG sedikit turun 0,02% ke 7.159,78. Nilai transaksi indeks pada awal sesi I sudah mencapai sekitar Rp 735 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,6 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 71.448 kali. Pasar saham Indonesia saat ini berada di persimpangan antara bangkit atau semakin terjatuh ke level psikologis 7.000. Investor menanti rilis data ekonomi terbaru di RI seperti data transaksi berjalan dan data uang beredar. Namun, hal utama yang diantisipasi adalah keputusan suku bunga terbaru dari Bank Indonesia (BI). Mereka menanti apakah BI akan kembali menahan suku bunga acuannya di tengah merananya rupiah dalam beberapa hari terakhir. Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) akan dimulai pada Selasa pekan ini hingga Rabu, dan hasilnya akan diumumkan pada Rabu siang sekitar pukul 14:00 WIB. Pada hari yang sama, BI akan merilis kebijakan terbaru dari deposit facility rate dan lending facility rate. Pada Oktober lalu, BI menahan suku bunganya di level 6% dengan Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5% pada 2024 dan 2025. Kebijakan tersebut juga ditujukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Fokus kebijakan moneter jangka pendek ini pada stabilitas nilai tukar rupiah karena meningkatnya ketidakpastian para keuangan global. Dari sisi global, bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC) juga akan mengumumkan kebijakan suku bunganya di hari yang sama dengan RDG BI. China lewat Loan Prime Rate (LPR) tenor satu dan lima tahun diperkirakan pasar masih akan menahan suku bunganya masing-masing sebesar 3,1% dan 3,6% setelah sebelumnya memangkas suku bunganya dari 3,35% dan 3,85%. LPR satu tahun memengaruhi pinjaman perusahaan dan sebagian besar pinjaman rumah tangga di China, sementara LPR lima tahun digunakan sebagai acuan untuk suku bunga hipotek. Langkah ini sudah diperkirakan. Sebelumnya, Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, telah mengindikasikan bahwa tingkat suku bungaan acuan pinjaman akan dipangkas 20 hingga 25 basis poin (bps). Implikasi untuk Pasar Saham Indonesia
Persimpangan Pasar
Pasar saham Indonesia saat ini berada di persimpangan yang sangat penting. Kondisi ini membuat investor menjadi lebih cermat dalam mengambil keputusan. Mereka harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti rilis data ekonomi, keputusan suku bunga BI, dan kondisi pasar global. Jika data ekonomi baik dan BI memutuskan untuk menahan suku bunga, maka pasar mungkin akan bangkit. Namun, jika ada faktor negatif seperti merananya rupiah, maka pasar mungkin akan terjatuh.Perhatian terhadap Rilis Data
Rilis data ekonomi di RI merupakan hal yang sangat penting bagi investor. Data seperti data transaksi berjalan dan data uang beredar dapat memberikan indikasi tentang kondisi ekonomi di Indonesia. Investor harus memantau data ini dengan seksama untuk dapat mengambil keputusan yang tepat. Jika data baik, maka pasar mungkin akan lebih stabil dan berpotensi naik. Namun, jika data buruk, maka pasar mungkin akan menjadi lebih volatil dan berpotensi turun.Peran BI dalam Menjaga Stabilitas
Bank Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas pasar saham dan ekonomi Indonesia. Keputusan suku bunga mereka dapat mempengaruhi perilaku investor dan kondisi pasar. Jika BI menahan suku bunga, maka dapat memberikan kepercayaan kepada investor dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Namun, jika BI mengubah suku bunga, maka dapat memicu perubahan perilaku investor dan kondisi pasar. Oleh karena itu, keputusan BI harus dipertimbangkan dengan seksama.Hubungan dengan PBoC
Hubungan antara Bank Indonesia dan bank sentral China (PBoC) juga sangat penting. Keputusan suku bunga kedua bank tersebut dapat saling mempengaruhi. Jika PBoC mengurangi suku bunga, maka mungkin akan memicu perubahan perilaku investor di Indonesia. Oleh karena itu, kedua bank harus saling berkomunikasi dan berkoordinasi dalam mengambil keputusan.