Pasar
Rupiah Tertekan Pasca Pidato Ketua The Fed, Ekonomi AS Tetap Kuat
2024-11-15
Rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah Ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, menyampaikan pidatonya. Pernyataan Powell yang mengisyaratkan perlambatan pemangkasan suku bunga membuat imbal hasil Treasury dan indeks dolar AS (DXY) naik, sehingga memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah.
Rupiah Tertekan, Ekonomi AS Tetap Kuat
Pelemahan Rupiah Pasca Pidato Ketua The Fed
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,19% di angka Rp15.880/US$ pada hari ini, Jumat (15/11/2024). Pelemahan ini berlanjut hingga mencapai 0,6% ke angka Rp15.945/US$ dalam waktu kurang dari lima menit sejak perdagangan dibuka. Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) naik 0,18% ke level 106,87, lebih tinggi dibandingkan posisi kemarin di angka 106,67.Pelemahan rupiah ini terjadi setelah Ketua The Fed, Jerome Powell, menyampaikan pidatonya. Powell mengisyaratkan bahwa The Fed akan memperlambat pemangkasan suku bunga, dengan alasan pertumbuhan ekonomi AS yang kuat. Hal ini membuat imbal hasil Treasury dan DXY naik, sehingga memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah.Ekonomi AS Menjadi Salah Satu Terbaik di Dunia
Dalam pidatonya, Powell menyatakan bahwa ekonomi AS tidak memberikan sinyal bahwa The Fed harus terburu-buru untuk menurunkan suku bunga. Bahkan, Powell mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS menjadi salah satu yang terbaik di dunia.Kondisi ini berbeda dengan ekspektasi pasar yang sebelumnya mengharapkan The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan bulan Desember. Namun, dengan pernyataan Powell, para pedagang menurunkan ekspektasi mereka terhadap pemotongan suku bunga pada bulan Desember.Potensi Tekanan Lebih Lanjut pada Rupiah
Jika The Fed benar-benar tidak memangkas suku bunganya pada pertemuan bulan depan, maka rupiah dapat mengalami tekanan lebih lanjut. Hal ini dapat terjadi karena imbal hasil Treasury dan DXY yang cenderung naik, sehingga memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah.Oleh karena itu, para pelaku pasar perlu memperhatikan perkembangan kebijakan moneter The Fed dan dampaknya terhadap nilai tukar rupiah. Selain itu, faktor-faktor lain seperti kondisi ekonomi domestik dan global juga perlu dipertimbangkan dalam menganalisis pergerakan nilai tukar rupiah.