Pasar
Transformasi Digital Mendorong Penutupan Ribuan Kantor Bank di Indonesia
2024-12-25

Pada Oktober 2024, industri perbankan di Indonesia mengalami perubahan signifikan dengan penurunan jumlah bank umum dan kantor cabang. Jumlah total kantor bank berkurang sebanyak 8.447 unit atau 26,1% dibandingkan dengan Desember 2021. Kelompok bank dengan modal inti tertinggi (KBMI III) menjadi yang paling banyak menutup kantor cabangnya, sementara KBMI I dan IV juga mencatat penurunan yang signifikan. Selain itu, terminal perbankan elektronik seperti ATM juga mengalami penyusutan. Transformasi digital menjadi alasan utama di balik tren ini, dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) sebagai salah satu pelopor dalam menerapkan strategi baru untuk memperluas inklusi keuangan melalui agen BRILink.

Kebijakan dan Strategi Transformasi Perbankan di Indonesia

Dalam era transformasi digital, industri perbankan di Indonesia telah mengambil langkah-langkah besar untuk menyesuaikan diri. Pada bulan Oktober 2024, data menunjukkan bahwa jumlah bank umum berkurang dua unit dibandingkan tahun 2021. Lebih dari itu, total kantor cabang bank turun hingga 23.919 unit, atau 26,1% dari jumlah Desember 2021. Salah satu kelompok yang paling terdampak adalah bank dengan modal inti tertinggi (KBMI III), yang mengalami penurunan hingga 95,53%. Meskipun demikian, jumlah bank dalam kelompok ini justru bertambah satu.

Kelompok lain yang mengalami penurunan signifikan adalah KBMI I, dengan penurunan 33,57%, menjadi 3.735 unit. Jumlah bank dalam kelompok ini turun dari 75 menjadi 65 perusahaan. Sementara itu, bank dengan modal paling besar (KBMI IV) memiliki 12.737 kantor cabang, mengalami penurunan 19,23%. Kelompok KBMI II juga mencatat penurunan 13,44%, tetapi jumlah banknya bertambah tujuh perusahaan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa jumlah terminal perbankan elektronik seperti ATM menyusut sebanyak 319 unit, dari 91.516 pada tahun lalu menjadi 91.197 unit pada triwulan kedua 2024. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) telah merespons tren ini dengan strategi transformasi digital. Direktur Utama BRI, Sunarso, menjelaskan bahwa layanan kantor cabang yang ditutup dialihkan kepada agen BRILink yang tersebar di warung-warung. Tujuan utamanya adalah meningkatkan inklusi keuangan dan partisipasi masyarakat.

Sunarso menekankan bahwa meskipun masyarakat belum sepenuhnya digital, agen BRILink dapat membantu memastikan inklusi ekonomi yang lebih luas. Agen-agen ini, yang berjumlah lebih dari 1 juta di seluruh Indonesia, berfungsi sebagai ekstensi layanan perbankan formal, terutama di daerah-daerah yang sulit terjangkau. Ronny Venir dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk juga menegaskan bahwa pandemi Covid-19 telah mempercepat transformasi digital di sektor perbankan, dengan banyak transaksi kini dilakukan secara online.

Dari perspektif seorang jurnalis, transformasi ini menandai era baru bagi industri perbankan di Indonesia. Langkah-langkah yang diambil oleh bank-bank besar, seperti BBRI, menunjukkan komitmen kuat untuk meningkatkan inklusi keuangan dan aksesibilitas layanan bagi masyarakat luas. Dengan demikian, penutupan kantor cabang bukanlah tanda kemunduran, melainkan evolusi menuju sistem perbankan yang lebih efisien dan inklusif.

More Stories
see more