Gaya Hidup
Hanya Ada 3 Orang Sakti di Dunia, Bebas ke Mana Saja Tanpa Paspor
2024-08-24

Bagaimana Orang-orang Terpilih Ini Dapat Bepergian Tanpa Paspor

Dalam dunia yang terkadang terlalu rigid dengan aturan, ada beberapa individu yang diberikan hak istimewa khusus untuk bepergian tanpa paspor. Siapakah mereka dan bagaimana mereka dapat menikmati kebebasan ini?

Kekuasaan, Status, dan Kebebasan Bepergian

Kaisar Jepang dan Permaisuri: Diatas Aturan Biasa

Kaisar Jepang Naruhito dan Permaisuri Masako memiliki status yang tinggi dalam hierarki kerajaan Jepang. Karena posisi mereka yang unik, pemerintah Jepang telah menetapkan bahwa sangat tidak pantas bagi mereka untuk memiliki paspor atau menjalani prosedur imigrasi seperti warga negara biasa. Alih-alih, mereka cukup membawa dokumen yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri sebagai identifikasi dan pemberitahuan kepada negara-negara yang akan mereka kunjungi.Prosedur ini menunjukkan penghormatan dan pengakuan atas status istimewa Kaisar dan Permaisuri. Mereka tidak perlu melalui pemeriksaan imigrasi atau visa karena dianggap berada di atas aturan-aturan tersebut. Pemerintah Jepang sebelumnya juga telah memberitahukan rencana kunjungan Kaisar dan Permaisuri kepada negara-negara yang akan mereka datangi.

Raja Charles III: Pewaris Tradisi Kerajaan Inggris

Seperti halnya Kaisar Jepang, Raja Charles III dari Inggris juga memiliki hak istimewa untuk bepergian tanpa paspor. Ini merupakan tradisi turun-temurun di Kerajaan Inggris, di mana sang raja/ratu tidak perlu memiliki paspor. Sebelumnya, Ratu Elizabeth II juga menikmati hak ini selama masa pemerintahannya.Menurut aturan, Sekretaris Negara Britania Raya akan mengeluarkan surat yang mewajibkan semua pihak untuk mengizinkan Raja Charles III melakukan perjalanan dengan bebas tanpa izin atau hambatan. Ini mencerminkan kekuasaan dan status istimewa yang dimiliki oleh kepala negara Inggris.Menariknya, Permaisuri Camilla, istri Raja Charles III, tidak memiliki hak yang sama. Dia diharuskan memiliki paspor diplomatik untuk melakukan perjalanan. Ini menunjukkan bahwa hak istimewa tersebut hanya berlaku bagi sang raja/ratu, bukan bagi anggota keluarga kerajaan lainnya.

Persamaan di Balik Perbedaan

Meskipun terdapat perbedaan dalam praktik antara Jepang dan Inggris, ada satu kesamaan yang mendasari hak istimewa ini: status dan kekuasaan. Baik Kaisar Jepang maupun Raja Inggris memiliki posisi yang sangat tinggi dalam hierarki politik dan sosial di negaranya masing-masing.Dengan status yang begitu tinggi, mereka dianggap berada di atas aturan-aturan biasa yang berlaku bagi warga negara pada umumnya. Perjalanan mereka tidak perlu melalui prosedur imigrasi atau visa karena dianggap sebagai representasi dari negara itu sendiri. Ini merupakan bentuk penghormatan dan pengakuan atas kedudukan mereka yang unik.Hal ini juga menunjukkan betapa kuatnya pengaruh dan kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin tertinggi di Kerajaan Jepang dan Kerajaan Inggris. Mereka tidak hanya memimpin secara politik, tetapi juga dipandang sebagai simbol dan representasi dari identitas nasional negaranya. Karena itu, mereka diberikan hak istimewa yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang.

Implikasi dan Pertanyaan yang Tersisa

Kemampuan untuk bepergian tanpa paspor tentunya merupakan keistimewaan yang sangat jarang dimiliki. Hak ini hanya diberikan kepada mereka yang berada pada puncak hierarki kekuasaan di negaranya masing-masing.Namun, pertanyaan yang muncul adalah apakah hak istimewa ini masih relevan di era modern saat ini? Apakah tidak ada risiko atau implikasi yang mungkin timbul ketika pemimpin tertinggi suatu negara bebas bepergian tanpa melalui prosedur imigrasi dan keamanan yang berlaku umum?Di sisi lain, hak ini juga mencerminkan penghormatan yang diberikan kepada pemimpin yang dianggap sebagai lambang kedaulatan dan identitas nasional. Ini mungkin menjadi cara untuk menjaga martabat dan status mereka yang luar biasa.Pada akhirnya, praktik pembebasan paspor bagi pemimpin tertinggi ini merupakan cerminan dari konsep kekuasaan, status, dan kepemimpinan yang masih relevan dalam sistem pemerintahan monarki. Namun, pertanyaan mengenai keseimbangan antara hak istimewa dan pertanggungjawaban publik tetap menjadi perdebatan yang menarik untuk dikaji lebih lanjut.
More Stories
see more