Dalam konferensi pers tentang kinerja tahunan BCA, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk., Jahja Setiaatmadja, mengungkapkan bahwa bank akan lebih berhati-hati dalam menetapkan target kredit konsumer untuk tahun ini. Hal ini disebabkan oleh pelemahan daya beli masyarakat yang semakin terasa. Berbeda dengan masa pandemi, kondisi ekonomi saat ini tidak mendapat dukungan bantuan sosial dan promo e-commerce yang signifikan. Harga barang dan jasa telah mulai meningkat, menyebabkan penjualan produsen dan UMKM menjadi stagnan. Untuk menghadapi situasi ini, BCA akan merumuskan strategi yang lebih kompetitif, terutama dalam hal kredit kepemilikan rumah (KPR), sambil memastikan kemampuan pelanggan untuk membayar cicilan dalam jangka panjang.
Kondisi ekonomi yang berubah membuat BCA harus lebih berhati-hati dalam menetapkan target kredit konsumer. Jahja menjelaskan bahwa perubahan harga dan biaya layanan, seperti pengiriman online, telah menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Ini tercermin dari penjualan produsen dan UMKM yang cenderung stagnan. Dengan situasi ini, bank harus lebih selektif dalam menentukan harga kredit konsumer. Penyediaan kredit yang tidak dipertimbangkan dengan baik dapat berisiko tinggi, terutama jika konsumen hanya melihat bunga rendah tanpa mempertimbangkan kemampuan mereka untuk membayar cicilan jangka panjang.
Berbagai faktor ekonomi yang berubah memaksa BCA untuk menyesuaikan strateginya dalam memberikan kredit konsumer. Jahja menekankan pentingnya memperhatikan kemampuan pembayaran konsumen dalam jangka panjang, bukan hanya pada bunga rendah atau promosi awal. Dia juga mencatat bahwa banyak konsumen menggunakan kredit KPR untuk kebutuhan bisnis daripada kebutuhan rumah. Situasi ini memerlukan pemantauan ketat agar tidak menimbulkan risiko keuangan yang lebih besar. Oleh karena itu, BCA akan fokus pada penilaian kelayakan kredit yang lebih ketat dan memastikan bahwa setiap peminjam memiliki kemampuan finansial yang kuat untuk memenuhi kewajiban mereka.
Untuk menghadapi tantangan ekonomi, BCA merancang strategi yang lebih kompetitif dalam menentukan kredit konsumer. Salah satu langkah utamanya adalah dengan menawarkan paket KPR yang relatif murah namun tetap mempertimbangkan kemampuan pembayaran konsumen. Jahja menegaskan bahwa bank akan memastikan bahwa setiap peminjam memiliki kapasitas untuk membayar cicilan jangka panjang, bukan hanya pada tahap awal. Ini sangat penting mengingat risiko kenaikan harga dan biaya yang bisa mempengaruhi kemampuan konsumen dalam membayar cicilan.
Jahja juga menyoroti bahwa tren kredit konsumer selama tahun 2024 menunjukkan bahwa sebagian besar kredit KPR digunakan untuk refinancing atau modal kerja, bukan untuk kebutuhan rumah. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan riil terhadap perumahan mungkin tidak sesuai dengan data kredit. Oleh karena itu, BCA akan terus memantau dan mengevaluasi kebutuhan pasar serta kondisi ekonomi secara keseluruhan. Meskipun harapan untuk pemulihan daya beli masih ada, bank juga bersiap menghadapi kondisi terburuk dengan melakukan berbagai penyesuaian strategis. Tujuan akhirnya adalah untuk memastikan pertumbuhan kredit konsumer yang berkelanjutan dan aman bagi kedua belah pihak.