Pasar
Deposito Perorangan Turun 3 Bulan: Penyebabnya dari Pengamat dan Bankir
2024-12-06
Di Jakarta, CNBC Indonesia, peristiwa yang menarik terjadi. Deposito perorangan mengalami kontraksi secara berturut-turut selama tiga bulan terakhir. Bank Indonesia (BI) mengukur deposito perorangan sebesar Rp1.437,3 triliun pada Oktober 2024, dengan penurunan sebesar 3,5% secara tahunan atau year on year (yoy).
Kenapa Deposito Perorangan Menurun?
Bunga Deposito Kurang Menarik
Para pengamat perbankan seperti Paul Sutaryono menyatakan bahwa ketika suku bunga acuan BI mulai menipis, suku bunga deposito juga akan mengikuti dengan lambat. Ini membuat deposan perorangan tertarik untuk melihat instrumen lain yang lebih menggiurkan. Misalnya, obligasi negara ritel (ORI) dengan bunga kupon di atas 6% dan tenor 3 tahun. ORI tentu lebih menarik daripada suku bunga deposito sekitar 3,25%. Paul menjelaskan bahwa investor ritel termasuk ibu-ibu rumah tangga yang tidak hanya melihat tapi juga merasakan kesulitan mencari pendapatan di luar gaji suami.Selain itu, banyaknya PHK yang mencapai sekitar 60 ribu juga mempengaruhi penurunan deposito perorangan. Akibatnya, kelompok masyarakat menengah dan ke bawah akan menggunakan tabungan mereka.Perbedaan Karakteristik Investor
Direktur Kepatuhan Bank Oke Indonesia (DNAR) Efdinal Alamsyah mengatakan bahwa karakteristik individu yang menyimpan dana di perbankan berbeda dengan individu yang berinvestasi di pasar modal. Investor pasar modal bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi, fokus pada pertumbuhan aset jangka panjang melalui apresiasi harga saham atau dividen, dan bersedia menghadapi risiko volatilitas pasar.Jadi, dana yang tersimpan di deposito mungkin berpindah ke instrumen investasi lain yang beresiko rendah seperti obligasi pemerintah (SBN) yang menawarkan imbal hasil kompetitif dan risiko lebih rendah daripada saham.Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi
Direktur Distribution and Institutional Funding BTN (BBTN) Jasmin mengatakan bahwa saat ini masyarakat lebih tertarik dengan instrumen investasi dengan bunga tinggi seperti Surat Berharga Negara (SBN), obligasi, dan reksadana. Selain itu, IHSG yang sedang terkoreksi juga menjadi alasan bagi investor untuk menempatkan dana mereka.Selain itu, faktor lain seperti kenaikan biaya hidup juga membuat masyarakat menarik dana dari deposito untuk memenuhi kebutuhan mereka. Fenomena ini mungkin hanya sementara sebagai respons terhadap perubahan ekonomi dan literasi keuangan yang semakin tinggi.Bank Fokus Kejar Dana Murah
Presiden Direktur CIMB Niaga (BNGA) Lani Darmawan menganggap bahwa perbankan saat ini lebih banyak mencari dana murah atau current account saving account (CASA). Karena biaya dana atau cost of fund (CoF) deposito tinggi. Lani mengatakan bank lebih fokus pada CASA daripada deposito. Walaupun di Q4 mungkin deposito akan tumbuh lebih tinggi daripada tabungan.Lani juga mengakui bahwa industri perbankan sedang berkompetisi untuk mendapatkan dana murah masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menjaga likuiditas dan menutup neraca keuangan perusahaan perbankan dengan baik.Perang DPK di Desember
Presiden Direktur Krom Bank (BBSI) Anton Hermawan mengatakan perang DPK yang paling serius terjadi di bulan Desember ini. Anton menganggapkan fenomena insentif, cashback, dan hadiah yang dilakukan perbankan tahun ini akan berlanjut hingga tahun depan.Presiden Direktur SMBC Indonesia (BTPN) Henoch Munandar juga mengakui bahwa perbankan saat ini sedang bersaing untuk mendapatkan dana murah. Salah satu fokus adalah mendapatkan persaingan dana murah melalui penerbitan surat obligasi.Dalam kondisi suku bunga acuan masih tinggi, Henoch selalu siap dengan sumber-sumber pendanaan lain.(fsd/fsd)