Saat rupiah mengalami penguatan pada hari ini (6/12/2024), Indeks Dolar AS (DXY) juga mengalami kenaikan hingga 0,08% dan berada di posisi 105,80. Hal ini terjadi seiring dengan rilis data cadangan devisa domestik dan menjelang rilis data penting global lainnya.
Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa cadangan devisa pada akhir November 2024 mencapai US$150,2 miliar, turun US$1 miliar dibandingkan akhir Oktober. Jumlah ini cukup untuk membiayai 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor ditambah pembayaran utang luar negeri pemerintah, yang jauh melampaui standar internasional sebesar 3 bulan impor.
Penurunan cadangan devisa sebagian besar dipengaruhi oleh kewajiban pembayaran utang luar negeri pemerintah. Namun, BI menilai bahwa cadangan devisa tetap mampu menopang ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas makroekonomi serta sistem keuangan.
Optimisme BI didukung oleh prospek ekspor yang cerah dan surplus neraca transaksi modal serta finansial. Persepsi positif investor terhadap perekonomian nasional dan daya tarik imbal hasil investasi juga semakin memperkuat daya tahan ekonomi Indonesia.
Data tenaga kerja AS menunjukkan tambahan 12 ribu pekerjaan pada Oktober 2024, yang merupakan angka terendah sejak Desember 2020 dan jauh di bawah revisi 223 ribu pekerjaan pada September. Tingkat pengangguran tetap stabil di 4,1%, dengan jumlah pengangguran mencapai 7 juta. Tingkat partisipasi tenaga kerja turun tipis ke 62,6%, menunjukkan adanya perlambatan di pasar tenaga kerja AS.
Dari sisi global, pelaku pasar tengah menantikan pidato Ketua The Fed Jerome Powell dan data tenaga kerja AS. Powell sebelumnya menyatakan bahwa perekonomian AS lebih kuat dari perkiraan, meski ia mendukung pendekatan hati-hati dalam menurunkan suku bunga.
Perubahan nilai rupiah dan kondisi pasar tenaga kerja AS memiliki dampak yang luas pada perekonomian Indonesia. BI juga menegaskan pentingnya sinergi dengan pemerintah untuk menjaga stabilitas eksternal guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.