Pasangan yang mampu berkembang secara konsisten sering kali mengekspresikan empati, batasan, dan keinginan untuk mencapai kesepakatan bersama. Psikolog Lisa Marie Bobby dari Growing Self Counseling & Coaching di Denver menegaskan bahwa bahkan emosi tidak nyaman pun perlu diungkapkan. Menurutnya, komunikasi yang jelas dan saling menghormati sangat penting bagi setiap hubungan.
Ketika pasangan berbicara dengan jujur dan menghargai pendapat satu sama lain, mereka akan merasa lebih dihargai dan dipahami. Ini bukan hanya membantu memecahkan konflik, tetapi juga memperdalam ikatan emosional antara keduanya.
Menyampaikan permintaan dengan cara yang tepat bisa menjadi langkah awal untuk membangun komunikasi yang efektif. Dengan mengungkapkan alasan di balik permintaan tersebut, pasangan dapat lebih memahami posisi dan kebutuhan satu sama lain. Misalnya, jika seseorang ingin waktu luang lebih banyak, mereka bisa menjelaskan bagaimana hal ini dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.
Berikan kesempatan bagi pasangan untuk memberikan masukan dan tanyakan apa yang mereka butuhkan dari Anda. Pendekatan seperti ini tidak hanya membuat permintaan lebih mudah diterima, tetapi juga membangun rasa saling percaya dan pengertian.
Seorang terapis dan penulis buku "Sovereign Love", Dene Logan, menyarankan untuk memulai percakapan dengan ungkapan "Kisah yang saya ceritakan pada diri saya sendiri". Metode ini dapat membantu mengurangi sikap defensif ketika membahas topik sensitif. Ketika pasangan merasa aman untuk berbagi perasaan mereka, mereka cenderung lebih terbuka dan jujur.
Berbicara tentang bagaimana suatu kejadian baru-baru ini mempengaruhi perasaan pribadi dapat membawa kedua belah pihak lebih dekat. Misalnya, jika seseorang merasa dikritik dengan cara yang mengingatkan mereka pada masa kecil, membagikan konteks sejarah tersebut dapat membantu pasangan memahami latar belakang emosional yang dialami.
Seringkali, kita berasumsi bahwa pasangan kita memahami apa yang kita rasakan. Namun, tidak peduli seberapa lama seseorang telah berada dalam hidup kita, mustahil bagi mereka untuk memahami 100% tujuan dan perasaan kita. Frase "Maukah kamu ceritakan lebih banyak tentang yang kamu alami?" dapat membantu membuka dialog yang lebih mendalam.
Dengan mendengarkan cerita pasangan secara aktif, kita dapat memahami lebih baik konteks historis dari permasalahan yang dihadapi. Misalnya, jika seseorang merasa dikritik oleh pasangan mereka dengan cara yang mengingatkan mereka pada masa kecil, meminta pasangan untuk mendengar lebih banyak tentang konteks sejarah tersebut dapat menjadi cara yang sangat reparatif untuk membangun keintiman yang lebih dalam.
Profesor psikologi di Pepperdine University, Thema Bryant, menyarankan untuk mengadakan sesi tinjauan tahunan bersama pasangan. Membicarakan momen-momen berharga, konflik yang terjadi, hingga pencapaian pribadi dapat membantu memperkuat hubungan. Untuk membantu mengarahkan pembicaraan, Bryant merekomendasikan beberapa pertanyaan:
– Momen apa tahun ini yang membuat Anda senang kita bisa bertahan atau mengatasinya?
– Bagaimana saya membantu Anda berkembang atau tumbuh tahun ini?
– Apakah ada hal yang saya lakukan atau katakan tahun ini yang menyakitkan bagi Anda namun belum kita diskusikan?
– Apa yang Anda nantikan untuk kami tahun depan?
Akhir tahun kalender adalah waktu yang wajar untuk melakukan hal ini, namun tentunya Anda dapat melakukan peninjauan kapan saja. Refleksi bersama dapat membantu pasangan memahami satu sama lain lebih baik dan merencanakan langkah-langkah konkret untuk masa depan.