Pasar
Industri Multifinance Menghadapi Tantangan Berat: Strategi Bertahan di Tengah Krisis
2024-11-08
Industri pembiayaan atau multifinance di Indonesia menghadapi tantangan serius dengan meningkatnya kredit macet atau nonperforming financing (NPF) sepanjang tahun 2024. Hal ini berdampak pada perlambatan penyaluran pembiayaan baru dan mempengaruhi kinerja industri otomotif yang juga mengalami penurunan penjualan.
Pemulihan Ekonomi Masih Panjang, Multifinance Harus Waspada
Tren Kenaikan NPF Multifinance
Data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa rasio kredit macet industri multifinance naik dari 2,50% di Januari 2024 menjadi 2,62% di September 2024. Meskipun terjadi perbaikan pada bulan September dibandingkan Agustus yang tercatat sebesar 2,66%, namun tren kenaikan NPF tetap menjadi perhatian serius.Pengamat industri pembiayaan dan otomotif, Jodjana Jody, menjelaskan bahwa peningkatan NPF dalam setahun terakhir terutama disebabkan oleh faktor perlambatan ekonomi dan maraknya konsumen yang memaksakan diri membeli kendaraan dengan uang muka rendah. Kondisi ini menyebabkan konsumen kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran cicilan, sehingga meningkatkan kredit bermasalah.Dampak pada Penyaluran Pembiayaan Baru
Jodjana Jody menyatakan bahwa perusahaan multifinance biasanya membutuhkan waktu dua tahun untuk memperbaiki portofolio dari dampak kredit bermasalah. Hal ini akan berdampak pada penyaluran pembiayaan baru, karena perusahaan dengan NPF tinggi harus meningkatkan protokol manajemen risiko agar kualitas aset tidak semakin buruk.Pertumbuhan piutang pembiayaan multifinance juga melambat. Per September 2024, penyaluran pembiayaan hanya tumbuh 9,39% secara tahunan (year-on-year), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 15,42% year-on-year.Tantangan Industri Multifinance di Tahun Depan
Jodjana Jody memperingatkan bahwa tahun depan juga bukan merupakan tahun yang mudah bagi industri multifinance. Indonesia masih dihadapi dengan ancaman geopolitik yang besar, tren penurunan suku bunga yang mungkin tertunda, serta beban fiskal yang berat, seperti refinancing utang pemerintah, kenaikan PPN, dan defisit fiskal.Oleh karena itu, Jodjana Jody menekankan bahwa perusahaan multifinance harus fokus pada perbaikan NPF dan tidak tergoda untuk melakukan ekspansi kredit yang berlebihan. Solusinya adalah dengan menegakkan protokol manajemen risiko yang ketat dan mulai melakukan diversifikasi pembiayaan, tidak hanya terpaku pada sektor otomotif.Perlambatan Industri Otomotif
Kenaikan kredit bermasalah pada industri multifinance juga berbarengan dengan lesunya industri otomotif. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) telah menurunkan target penjualan mobil domestik menjadi hanya 850 ribu unit di tahun 2024, turun 23% dari target sebelumnya sebesar 1,1 juta unit.Sepanjang Januari-September 2024, penjualan dari pabrikan ke diler (wholesales) hanya terjual 633.218 unit, turun 16,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penjualan diler ke konsumen (retail sales) juga mengalami penurunan 11,9% menjadi 657.223 unit.Kondisi ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi masih panjang dan industri multifinance harus waspada dalam menyalurkan pembiayaan baru agar dapat menjaga kualitas aset dan kinerja keuangan yang sehat.