Pasar
Pasar Saham Domestik Masih Tertekan, Investor Waspada Jelang Pemilu AS
2024-10-29
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami penurunan selama lima hari berturut-turut, meskipun ketegangan di Timur Tengah telah mereda. Sentimen global masih menjadi beban bagi pasar domestik, sementara investor juga menanti perkembangan pemilu presiden di Amerika Serikat.
Pasar Saham Domestik Masih Tertekan, Investor Waspada Jelang Pemilu AS
Pelemahan IHSG Berlanjut Meskipun Ketegangan Timur Tengah Mereda
Pada penutupan perdagangan Selasa (29/10/2024), IHSG terkoreksi 0,37% ke posisi 7.606,60. Secara intraday, IHSG sempat jatuh ke titik terendah 7.587,21. Volume perdagangan tercatat lebih dari 28,68 miliar lembar saham dengan frekuensi transaksi melampaui 1,28 juta kali. Nilai total transaksi mencapai Rp 10,75 triliun. Sebanyak 249 saham mencatatkan penguatan, sementara 305 saham melemah, dan 232 saham stagnan.Enam sektor mengakhiri perdagangan di zona merah, dengan sektor Energy menjadi yang paling tertekan sebesar 1,49%, disusul oleh sektor Financials yang minus 1,04%, dan sektor Consumer Non-Cyclicals yang melemah 0,35%. Selain itu, sektor Healthcare tertekan hingga 0,14%, sektor Consumer Cyclicals turun 0,11%, serta Utilities yang turun 0,01%.Dari sisi konstituen, saham perbankan, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menjadi beban utama IHSG hari ini sebanyak 8,03 indek poin. Emiten energi, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk juga memberikan beban sebesar 7,88 poin, serta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar 7,23 indeks poin.Harga Minyak Turun Tajam Setelah Serangan Balasan Israel Tidak Berdampak pada Infrastruktur Iran
Penurunan IHSG terjadi setelah harga minyak mentah mengalami koreksi tajam. Brent turun 6,09% ke level US$71,42 per barel dan WTI AS melemah 6,13% ke posisi US$67,38 per barel. Hal ini terjadi setelah serangan balasan Israel terhadap Iran pada Sabtu lalu terbukti tidak mengganggu fasilitas minyak dan nuklir Iran.Analis senior Price Futures Group, Phil Flynn, menggarisbawahi bahwa pasar sangat responsif terhadap perkembangan geopolitik, meskipun risiko masih tetap ada. Namun, situasi ini belum memberikan angin segar bagi pasar domestik dengan berkurangnya kekhawatiran akan lonjakan inflasi akibat kenaikan harga minyak di tengah konflik.Sebelumnya, harga minyak sempat naik 4% pekan lalu karena ketidakpastian terkait pemilu AS dan antisipasi respons Israel terhadap serangan rudal Iran pada awal Oktober. Serangan balasan Israel yang dilakukan dengan tiga gelombang serangan udara lebih difokuskan pada target militer, sehingga tidak berdampak pada infrastruktur energi Iran.Pasar Menanti Rilis Laporan Keuangan Emiten dan Perkembangan Pemilu AS
Sementara itu, OPEC+ tetap mempertahankan kebijakan produksi minyaknya, dengan rencana peningkatan output mulai Desember mendatang. Pertemuan berikutnya dijadwalkan pada 1 Desember 2024.Selain itu, pasar masih menanti bagaimana jalannya pemilu presiden di Amerika Serikat di tengah indeks dolar AS (DXY) masih di level tertinggi dalam kisaran sebulan terakhir.Beralih ke dalam negeri, sejauh ini pelaku pasar masih menanti musim rilis laporan keuangan. Pada esok hari, Rabu (30/10/2024) emiten bank pelat merah RI, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) diperkirakan bakal merilis laporan keuangan kuartal III-2024. Menurut konsensus Refinitiv, BRI diproyeksikan mencatatkan laba bersih Rp13,93 triliun pada kuartal III, dengan total laba sembilan bulan mencapai Rp43,83 triliun. Earnings per share (EPS) diperkirakan mencapai Rp93,31 per saham pada kuartal III, meningkat dari Rp91 per saham pada kuartal sebelumnya.Sebagai perbandingan, Bank Central Asia (BBCA) telah melaporkan pertumbuhan laba bersih sebesar 12,8% year-on-year menjadi Rp41,1 triliun pada kuartal III-2024. Bank Negara Indonesia (BBNI) juga mencatatkan kinerja positif dengan laba Rp16,3 triliun hingga September 2024, tumbuh 3,52% year-on-year, didukung oleh ekspansi kredit sebesar 9,48% menjadi Rp735,02 triliun.