Pasar
Tiga Raksasa AS Berjuang Memulihkan Kejayaan Mereka
2024-10-27
Tiga perusahaan ternama Amerika Serikat, Starbucks, Nike, dan Boeing, sedang menghadapi masa-masa sulit. Masing-masing perusahaan memiliki CEO baru yang ditugaskan untuk membawa perubahan dan mengembalikan kejayaan merek mereka. Namun, tugas ini bukanlah perkara mudah, mengingat berbagai tantangan yang harus dihadapi.
Misi Bersih-bersih dan Pemulihan Merek Tiga Raksasa AS
Starbucks: Menyederhanakan Menu dan Mengurangi Gula
Starbucks, raksasa kopi global, mengalami penurunan penjualan yang signifikan di Amerika Serikat dan China. Laporan keuangan kuartal ketiga menunjukkan penurunan penjualan sebesar 10% di AS dan 14% di China. Permintaan Starbucks belum pernah serendah ini sejak awal pandemi. Untuk mengatasi situasi ini, Starbucks mengambil langkah yang tidak biasa dengan menunda pedoman keuangannya, memberikan waktu bagi CEO baru, Brian Niccol, untuk menyusun rencana pemulihan. Niccol, yang sebelumnya menjabat sebagai CEO Chipotle, dikenal sebagai sosok yang mampu menyelamatkan perusahaan yang sedang berkembang pesat. Ia berencana untuk menyederhanakan menu, meningkatkan jumlah staf, dan mengurangi penggunaan susu dan gula di balik meja. "Kita perlu mengubah strategi kita secara mendasar agar dapat kembali tumbuh," tegas Niccol.Nike: Kembali ke Fokus Utama dan Menghadapi Persaingan Merek Baru
Nasib serupa juga dialami oleh Nike, raksasa olahraga ternama. Saham Nike turun sekitar 25% sepanjang tahun ini, dan pendapatannya juga turun 10% pada kuartal terakhir dibandingkan tahun sebelumnya. Masalah yang dihadapi Nike adalah tidak fokus dalam membuat sepatu yang keren, serta meningkatnya persaingan dari merek-merek baru seperti Hoka dan On. CEO baru Nike, Elliott Hill, yang baru menjabat beberapa minggu, telah berhasil memperpanjang kemitraan Nike dengan NBA dan WNBA selama 12 musim. Hal ini memastikan bahwa perhatian akan tetap tertuju pada seragam dan pakaian resmi pemain bola basket profesional, menjadi salah satu fokus utama Nike.Boeing: Menghadapi Krisis Kepercayaan dan Masalah Operasional
Sementara itu, Boeing, raksasa industri penerbangan, digambarkan sebagai "anak yang bermasalah". Keadaan Boeing menjadi semakin kacau ketika Kelly Ortberg mengambil alih jabatan CEO pada bulan Agustus. Pada kuartal ketiga, Boeing melaporkan kerugian sebesar US$ 6 miliar, salah satu kerugian kuartalan terbesar dalam sejarah perusahaan. Hal ini terjadi setelah Boeing menghadapi masalah dengan salah satu penutup pintu pesawat yang meledak di udara. Selain itu, serikat pekerja Boeing yang telah melakukan aksi mogok selama enam minggu terakhir menolak tawaran Boeing untuk kembali bekerja, yang berarti penghentian kerja yang menghabiskan sekitar US$ 1 miliar per bulan dari perusahaan akan terus berlanjut. Boeing kini dihadapkan pada krisis kepercayaan dan masalah operasional yang kompleks, yang membutuhkan upaya besar untuk memulihkan reputasi dan kinerja perusahaan.