Pasar
Fluktuasi Rupiah dan Kebijakan Moneter Indonesia di Tahun 2024
2024-12-30
html

Tahun 2024 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi ekonomi global, terutama bagi mata uang rupiah. Ketidakpastian geopolitik, inflasi tinggi, dan perubahan kebijakan di Amerika Serikat (AS) mempengaruhi nilai tukar rupiah. Bank Indonesia (BI) berusaha keras menjaga stabilitas rupiah melalui berbagai kebijakan moneter. Di awal tahun, situasi global yang tidak menentu membuat BI tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level 6%. Meskipun ada sedikit peningkatan optimisme ekonomi global, investor masih ragu, menyebabkan arus modal keluar dan pelemahan rupiah. Keadaan semakin rumit di bulan April ketika dolar AS mencapai Rp16.000, didorong oleh ketegangan geopolitik dan spekulasi tentang kebijakan Federal Reserve. Untuk menghadapi ini, BI menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25%. Namun, dengan lesunya ekonomi AS dan redanya inflasi di akhir tahun, rupiah menguat kembali hingga Rp15.000. Situasi berubah drastis setelah pemilihan Presiden AS, dengan kemenangan Donald Trump menyebabkan panik di pasar keuangan dan melemahkan rupiah sekali lagi.

Stabilitas Rupiah Menghadapi Ketidakpastian Global

Ketidakpastian global mempengaruhi signifikan pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2024. Di tengah tensi geopolitik yang memanas dan era suku bunga tinggi, Bank Indonesia (BI) berusaha menjaga stabilitas rupiah. Pada awal tahun, situasi global yang kurang menentu mendorong BI untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 6%. Meskipun ada sedikit optimisme ekonomi global, investor masih cenderung ragu-ragu, menyebabkan arus modal keluar dan pelemahan rupiah. Hal ini berdampak pada keputusan BI untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan, bertujuan untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dan memastikan inflasi tetap terkendali.

Situasi menjadi lebih kompleks di bulan April ketika dolar AS mencapai level Rp16.000. Ini dipicu oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah, inflasi yang tetap tinggi, dan spekulasi tentang kebijakan Federal Reserve yang mungkin lebih lama dari yang diperkirakan. BI kemudian menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25% untuk membantu memberikan daya tarik pada imbal hasil sehingga investor tidak memborong semua modalnya ke luar. Meski inflasi Indonesia masih rendah, BI tetap fokus pada stabilitas rupiah. Namun, kuatnya dolar AS membuat rupiah tetap dalam tren pelemahan, mencapai level tertinggi Rp16.450 pada pertengahan Juni 2024. Selain isu global, permasalahan domestik seperti anggaran kebijakan makan siang gratis juga turut andil dalam pelemahan nilai tukar rupiah.

Pergantian Dinamis Ekonomi AS dan Respons BI

Masuk ke semester kedua tahun 2024, situasi mulai berubah ketika ekonomi AS mengalami perlambatan dan inflasi mereda. Ini menyebabkan penurunan Fed Funds Rate (FFR) lebih cepat dan lebih besar dari prakiraan awal. Yield US Treasury tenor 2 tahun menurun, menjadi lebih rendah dari yield US Treasury 10 tahun, dan indeks mata uang AS (DXY) juga melemah. Seiring dengan itu, rupiah menguat hingga menyentuh level Rp15.000. BI merespons dengan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6,00%, meski dianggap terburu-buru karena the Fed belum mengeksekusi penurunan suku bunga. Di beberapa rapat DPR, optimisme BI tentang nilai tukar berbeda dengan pandangan pemerintah yang diwakili oleh Menteri Keuangan.

Berlanjut ke Oktober 2024, ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat, ekonomi global diperkirakan melambat, dan rilis tingkat pengangguran AS menunjukkan perbaikan, mendorong ekspektasi pelaku pasar terhadap penurunan FFR yang lebih rendah. Ini menyebabkan yield US Treasury dan indeks dolar AS meningkat, dan rupiah pun kembali melemah. BI tetap responsif dengan mempertahankan suku bunga acuan, namun ruang untuk penurunan menjadi sangat sempit karena fokus kembali pada stabilitas rupiah. Puncaknya adalah kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden AS, yang menyebabkan panik di pasar keuangan dan melemahkan hampir seluruh mata uang dunia, termasuk rupiah. Dalam konferensi pers Desember 2024, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa kebijakan moneter akan terus difokuskan pada memperkuat stabilitas rupiah dari dampak ketidakpastian ekonomi global dan eskalasi ketegangan geopolitik.

More Stories
see more