Pada akhir perdagangan Jumat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan dan kembali gagal mencapai level psikologis penting. Meskipun sempat menunjukkan kekuatan pada sesi pertama, IHSG tidak mampu mempertahankan momentum tersebut. Dengan nilai transaksi yang signifikan, sektor teknologi menjadi penyumbang utama penurunan ini. Berbagai faktor ekonomi global dan domestik berkontribusi pada ketidakstabilan pasar, termasuk ekspektasi perlambatan penurunan suku bunga.
Pada hari Jumat, tepatnya tanggal 27 Desember 2024, di tengah-tengah suasana penghujung tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta mengalami penurunan sebesar 0,41% dan ditutup pada posisi 7.036,57. Meskipun IHSG sempat menguat di sesi pertama hingga hampir mencapai level psikologis 7.100, namun di sesi kedua, indeks ini justru semakin melemah.
Transaksi saham pada hari itu mencapai Rp 12,7 triliun dengan volume perdagangan mencapai 36 miliar saham. Sebanyak 905.318 kali transaksi tercatat, di mana 269 saham menguat, 312 saham melemah, dan 208 saham stagnan. Sektor teknologi menjadi sektor yang paling tertekan dengan penurunan sebesar 2,42%, berkontribusi besar terhadap pelemahan IHSG.
Faktor-faktor yang berkontribusi pada penurunan ini meliputi prospek perlambatan penurunan suku bunga pada tahun depan. Bank Indonesia (BI) hanya menurunkan suku bunga sekali pada September lalu sebesar 25 basis poin, sehingga BI Rate tetap bertahan di level 6%. Sementara itu, bank sentral Amerika Serikat (The Fed) telah menurunkan suku bunga tiga kali pada tahun ini, dengan proyeksi penurunan dua kali lagi pada tahun depan.
The Fed juga menunjukkan bahwa potensi pemotongan suku bunga pada tahun 2025 hanya sebesar 50 basis poin, setengah dari target sebelumnya. Chairman The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa langkah-langkah yang diambil telah membuat kebijakan lebih longgar, sehingga penyesuaian lebih lanjut akan dilakukan dengan hati-hati.
Dengan hanya dua hari perdagangan tersisa di tahun 2024, peluang untuk mendapatkan manfaat dari fenomena Santa Claus Rally tampaknya sangat tipis. Fenomena window dressing di tahun ini juga kurang efektif dalam mendongkrak IHSG.
Sebagai pembaca, kita dapat belajar bahwa fluktuasi pasar saham seringkali dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi global dan domestik. Penting bagi investor untuk tetap waspada dan memperhatikan perubahan kebijakan moneter serta kondisi ekonomi secara keseluruhan. Perlunya diversifikasi portofolio dan manajemen risiko yang baik menjadi kunci untuk menghadapi ketidakpastian pasar.