Dalam sejarah Indonesia, terdapat kisah menarik tentang seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang mendadak kaya raya. Kisah ini berlangsung pada tahun 1991, ketika Kapten Marinir Suseno memenangkan undian Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB). Hadiah fantastis senilai Rp 1 miliar mengubah hidupnya secara drastis. Meski bukan karena prestasi militer, keberuntungan tersebut membawa perubahan signifikan bagi Suseno dan keluarganya. Uang sebesar itu di masa itu setara dengan nilai sangat tinggi jika dikonversi ke mata uang modern. Kisah ini menjadi bukti bahwa nasib bisa berubah dengan cepat, namun juga menimbulkan diskusi tentang etika program semacam SDSB.
Pada suatu hari di bulan Mei 1991, Jakarta dipenuhi suasana biasa. Namun, bagi Kapten Marinir Suseno, hari itu menjadi titik balik hidupnya. Dia dipanggil oleh Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Sudomo ke kantornya. Ternyata, dia diberikan hadiah uang tunai sebesar Rp 1 miliar sebagai pemenang undian SDSB periode ke-14. Awalnya, Suseno hanya membeli kupon seharga Rp5.000 tanpa harapan besar. Namun, tak disangka, kupon sederhana tersebut membawanya kepada kekayaan yang luar biasa.
Harga rumah di daerah elit Pondok Indah, Jakarta, pada tahun 1990 mencapai Rp80 juta per unit. Dengan uang sebesar Rp 1 miliar, Suseno dapat membeli 12 unit rumah di kawasan tersebut. Selain itu, harga emas pada masa itu hanya Rp20 ribu per gram. Jadi, dengan uang tersebut, Suseno bisa membeli 50 kilogram emas. Jika dikonversikan ke nilai Rupiah saat ini, jumlah tersebut setara dengan Rp 50 miliar. Perubahan hidup ini memungkinkan Suseno untuk menikmati hidup tanpa harus bekerja lagi.
SDSB adalah program undian resmi yang dijalankan oleh Kementerian Sosial era Pemerintahan Soeharto. Tujuannya adalah menarik dana dari masyarakat untuk pembangunan, dengan imbalan hadiah uang hingga Rp 1 miliar. Program ini populer di kalangan masyarakat, termasuk petani, tukang becak, dan tentunya prajurit TNI. Meski demikian, banyak yang melihat SDSB sebagai bentuk legalisasi perjudian, yang akhirnya berakhir pada tahun 1993.
Dari perspektif seorang jurnalis, kisah Suseno mengingatkan kita akan pentingnya kesempatan dan nasib baik dalam hidup. Namun, lebih dari itu, cerita ini juga mengajarkan kita untuk bijaksana dalam mengelola keberuntungan yang datang tiba-tiba. Terlepas dari metode yang digunakan, penting bagi kita untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan yang kita ambil, termasuk dalam hal keuangan. Semoga kisah ini dapat memberikan inspirasi dan pelajaran berharga bagi generasi mendatang.