Pasar
Kisah William Soerjadjaja, Pendiri Astra dan Konspirasi
2024-12-19
William Soerjadjaja, pendiri Astra International, telah menjadi nama yang tidak bisa dilewati dalam industri otomotif di Indonesia. Sejak berdiri tahun 1957, Astra berhasil menguasai lebih dari 50% pasar mobil di negeri ini. Namun, kisah beliau tidak hanya tentang kejayaan, tetapi juga tentang perjalanan yang penuh dengan tantangan.
Perjalanan William Soerjadjaja: Dari Raja Otomotif ke Kesulitan
Berdirinya Astra International
William Soerjadjaja adalah orang yang memiliki keahlian dan kebijaksanaan dalam mengusung bisnis. Dia mendirikan Astra International dan menjadi raja otomotif di Indonesia dengan merek-merek mobil terkenal seperti Toyota, Daihatsu, Isuzu, Nissan, Lexus, Peugeot, dan BMW. Dalam waktu yang lama, Astra berhasil menguasai pasar mobil dan menjadi perusahaan yang sangat berpengaruh.Dalam sejarah Astra, William Soerjadjaja telah menunjukkan kehebatan dan ketekunan dalam mengelola bisnis. Ia telah mengatasi berbagai tantangan dan mengembangkan perusahaan tersebut menjadi konglomerasi terbesar kedua di Indonesia. Namun, kisah ini tidak hanya tentang kejayaan, tetapi juga tentang perjalanan yang penuh dengan perubahan dan kesulitan.Krisis di Bank Summa
Cerita William Soerjadjaja tidak lengkap tanpa mengulas kisah di Bank Summa. Putra sulungnya, Edward Soerjadjaja, membeli Bank Agung Asia pada 1988 dan mengubahnya menjadi Bank Summa. Pada awalnya, Bank Summa tumbuh dengan pesat dan masuk ke dalam 10 bank swasta terbaik di Indonesia pada akhir 1990. Namun, setahun kemudian, Bank Summa dilanda krisis.Krisis ini disebabkan oleh banyak kontraktor yang gagal membayar cicilan ke bank dan Bank Summa terlilit hutang luar negeri mencapai Rp 1,5 triliun. Dalam kondisi seperti ini, Bank Summa berada di posisi sulit dan tidak diberi pertolongan oleh Bank Indonesia tanpa alasan jelas. William Soerjadjaja kemudian mengambil keputusan menjual 76% kepemilikan saham di Astra International.Teori Konspirasi
Di balik keputusan menjual saham di Astra, banyak yang mempercayai ada konspirasi besar untuk menjatuhkan William dan Astra. Ricardi S. Adnan dalam disertasinya menyebut adanya hubungan antara ketidaksukaan Presiden Soeharto terhadap William dan Astra. William berdiri independen dan menjaga profesionalisme, sehingga posisi politiknya berseberangan dengan penguasa.Tidak seperti pengusaha lain yang dekat dengan presiden, William tidak memanjakan penguasa dengan berbagai hadiah. Astra tidak pernah memberikan diskon kendaraan kepada pemerintah dan pejabat. William juga tidak mau membantu Bank Duta yang milik Keluarga Presiden Soeharto ketika dilanda kesulitan.Menurut Ricardi, mantan anggota DPR Ichsanuddin Noorsy menyebut Bank Summa sengaja dilemahkan dengan mencabut kliringnya. William juga mengakui secara eksplisit bahwa telah terjadi konspirasi yang menginginkannya keluar dari Astra. Sampai sekarang, teori konspirasi ini masih menjadi misteri.Perubahan Kepemilikan Astra
Usai kejadian itu, Astra tidak lagi milik William. Pilar utama kekayaan William runtuh dan keluarganya harus mencari mesin pendulang uang baru. Upaya memasukkan kembali William ke dalam Astra di era Megawati dan Gus Dur juga gagal. Setelahnya, Astra dipegang oleh berbagai pihak seperti Putra Sampoerna, Bob Hasan, Prajogo Pangestu, Toyota Jepang, Kelompok Salim, Usman Atmadjaja, dan sisanya tersebar di tangan publik.Perubahan kepemilikan Astra ini merupakan perubahan yang signifikan dalam sejarah perusahaan. Namun, kisah William Soerjadjaja tetap menjadi bagian penting dalam sejarah industri otomotif di Indonesia.