Pasar
LPS Mengeluarkan Rp735,26 M untuk Menyelamatkan Tabungan Bank Bangkrut
2024-12-02
Bandung, CNBC Indonesia – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah melakukan tindakan penting dalam mengelola kasus nasabah bank yang mengalami masalah. Sejak awal tahun hingga 31 Oktober 2024, LPS telah menggelontorkan Rp735,26 miliar untuk membayarkan klaim nasabah. Ini merupakan total simpanan dari 108.116 rekening dari 15 bank yang telah dicabut izin usahanya. Sedangkan sejak beroperasi tahun 2005 hingga 31 Oktober 2024, LPS telah menangani simpanan sebanyak 137 bank yang dicabut izin. Total simpanan yang dibayarkan mencapai Rp2,82 triliun, dengan rincian simpanan di bank umum sebesar Rp202 miliar dan BPR/BPRS sebesar Rp2,62 triliun dari total rekening 413.397.

Penjelasan Singkat

Dalam sebuah workshop media nasional di Bandung, Jawa Barat, pada Sabtu (30/11/2024), LPS menyampaikan pemahaman yang kuat tentang berbagai teori-tekno ekonomi yang sering menjadi pembahasan media di bidang ekonomi. Mereka membahas konsep-konsep seperti pendapatan nasional, inflasi, neraca pembayaran, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, pemanfaatan data statistik keuangan, dan data perbankan.

Pengelolaan Kasus Nasabah Bank

LPS dengan tindakan menggelontorkan dana ini berusaha memberikan solusi bagi nasabah bank yang mengalami masalah. Mereka memastikan bahwa klaim nasabah dapat dengan cepat dan tepat dibayarkan. Ini menunjukkan kepekaan LPS dalam menangani situasi yang kompleks di bidang perbankan. Dalam proses ini, LPS juga harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti keuangan dan risiko. Mereka harus memastikan bahwa tindakan-tindakan mereka tidak hanya memecahkan masalah saat ini tetapi juga tidak menimbulkan masalah baru di masa depan.

Pemahaman Ekonomi Makro

Direktur Group Riset LPS, Seto Wardono, berharap dengan pemahaman ekonomi makro, para praktisi media dapat memberikan informasi dan pencerahan kepada masyarakat tentang kebijakan-kebijakan ekonomi dari pemerintah secara komprehensif dan tepat. Hal ini sangat penting karena masyarakat memerlukan informasi yang akurat untuk membuat keputusan yang baik. Dengan pemahaman tentang ekonomi makro, para praktisi media dapat menjelaskan bagaimana kebijakan-kebijakan pemerintah berhubungan dengan kondisi ekonomi di lapangan. Mereka dapat memberikan wawasan tentang dampak-kebijakan tersebut pada masyarakat dan bagaimana masyarakat dapat beradaptasi dengan kondisi ekonomi yang berubah.

Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

Salah satu hal menarik yang dibahas dalam sharing session adalah mengenai pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Seto menjelaskan bahwa kedua hal ini bersifat seasonal. Pada bulan tertentu seperti Januari, Desember, atau saat Ramadhan, inflasi biasanya tinggi. Namun, ketika terjadi panen raya padi, dapat terjadi deflasi. Mengutip data BPS, Indonesia mencatat inflasi sebesar 0,16% MoM pada bulan Oktober 2024 setelah lima bulan deflasi. Namun, inflasi Indonesia turun menjadi 1,7% YoY pada bulan itu. Ini menunjukkan kompleksitas kondisi ekonomi di Indonesia dan pentingnya pemahaman tentang perubahan-perubahan ekonomi tersebut. Para praktisi media harus dapat menjelaskan hal-hal ini dengan jelas agar masyarakat dapat memahami kondisi ekonomi yang terjadi.
More Stories
see more