Gaya Hidup
Menyingkap Epidemi Kesepian yang Menggerogoti Korea Selatan
2024-10-29
Setiap tahun, ribuan warga Korea Selatan, mayoritas pria paruh baya, meninggal sendirian tanpa keluarga atau teman. Fenomena menyedihkan ini, yang dikenal sebagai "godoksa", telah mendorong Pemerintah Kota Seoul untuk mengambil langkah-langkah ambisius untuk mengatasi masalah kesepian yang semakin meningkat di negara tersebut.

Mengungkap Sisi Gelap di Balik Ketenaran Korea Selatan

Epidemi Kesepian yang Mengkhawatirkan

Angka kematian akibat kesepian di Korea Selatan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2023, jumlahnya mencapai 3.661 kasus, naik dari 3.559 kasus pada 2022 dan 3.378 kasus pada 2021. Lebih dari 84% dari kematian tersebut adalah laki-laki, dengan pria berusia 50-an dan 60-an mendominasi angka mati kesepian. Fenomena ini menunjukkan betapa rentan dan tertekannya pria paruh baya di Korea Selatan.Kesepian di Korea Selatan tidak hanya terbatas pada mereka yang hidup sendirian. Studi terbaru mengungkapkan bahwa epidemi kesepian di negara tersebut mencerminkan nuansa dalam budaya Korea yang menekankan orientasi relasional. Akibatnya, warga Korea Selatan mungkin merasa sangat kesepian atau merasa gagal jika mereka merasa tidak "memberikan dampak yang signifikan pada orang lain atau masyarakat."

Faktor-Faktor yang Mendorong Kesepian

Selain budaya yang menekankan hubungan sosial, terdapat beberapa faktor lain yang mendorong peningkatan kesepian di Korea Selatan. Salah satunya adalah meningkatnya jumlah rumah tangga yang hanya ditinggali satu orang, serta menurunnya interaksi sosial di luar pekerjaan dan keluarga. Dominasi media sosial juga dianggap sebagai salah satu penyebab, karena dapat menumbuhkan perasaan tidak cukup di kalangan warga.Budaya Korea Selatan yang kompetitif dan berorientasi pada prestasi juga turut mendorong perasaan kesepian di kalangan warganya. Tekanan untuk berprestasi dan memenuhi ekspektasi sosial dapat membuat individu merasa terisolasi dan tidak berharga.

Upaya Pemerintah Kota Seoul untuk Mengatasi Masalah

Menyikapi epidemi kesepian yang semakin mengkhawatirkan, Pemerintah Kota Seoul telah menganggarkan 451,3 miliar won atau sekitar Rp5,1 triliun untuk mengatasi masalah ini dalam lima tahun ke depan. Berbagai inisiatif direncanakan, termasuk menyediakan konselor yang dapat diakses 24 jam, platform online untuk konseling, dan konsultasi personal.Selain itu, Seoul juga berencana menyediakan layanan psikologis, membangun lebih banyak ruang terbuka hijau, menyediakan makanan bergizi bagi penduduk setengah baya dan lanjut usia, serta berbagai kegiatan untuk mendorong warga keluar rumah dan menjalin relasi dengan orang lain, seperti berkebun, berolahraga, dan klub buku.Meskipun langkah-langkah ini disambut baik oleh para ahli, mereka juga melihat bahwa sebagian kasus kesepian di Korea terkait dengan budaya setempat yang sulit diubah. Oleh karena itu, upaya untuk mengatasi masalah ini membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan, melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
More Stories
see more