Ketangguhan dan kecerdasan seorang pemimpin perlawanan terhadap penjajah dapat dilihat dari kisah hidup Raden Tumenggung Sosrodilogo. Dia adalah sosok yang piawai dalam merancang taktik pertempuran di hutan-hutan lebat, membingungkan musuh-musuhnya. Dengan keahliannya, ia sering bergerak di kawasan hutan jati Pegunungan Kendeng dan Wilis, tempat-tempat yang jarang tersentuh oleh manusia. Kemampuan ini membuat Belanda kesulitan mengendalikan situasi, bahkan mereka mencatat namanya sebagai salah satu buruan utama.

Berkat kepemimpinannya, Sosrodilogo mampu mengorganisir dan memobilisasi warga lokal untuk melawan pihak Belanda serta otoritas pribumi yang mendukung penjajah. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan bagi para adipati pro-Belanda, sehingga mereka juga ikut mengejar Sosrodilogo. Pada Februari 1825, dia muncul di daerah utara Karesidenan Madiun, berusaha mencapai Rajegwesi melalui rute yang rumit. Meski menjadi buruan di beberapa wilayah, Sosrodilogo tetap berhasil bergerilya di hutan-hutan tersebut, selalu lolos dari cengkeraman musuh dengan bantuan rute alternatif seperti Caruban, Tunglur, dan Berbek.

Keberanian dan keteguhan Sosrodilogo tidak hanya ditunjukkan dalam melarikan diri, tetapi juga dalam memberikan laporan dan mendapatkan dukungan dari Pangeran Diponegoro di Kulon Progo. Semua pencapaian ini tidak terlepas dari dukungan Bupati Berbek dan Patih Madiun yang mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro. Kisah Sosrodilogo mengajarkan bahwa keberanian, kerja sama, dan kecerdasan strategis adalah kunci sukses dalam menghadapi tantangan besar. Ia membuktikan bahwa semangat perjuangan dan persatuan dapat mengalahkan kekuatan yang lebih besar.