Pasar
Pemulihan Ekonomi: IHSG Melesat di Awal Tahun 2025, Didukung Sentimen Positif
2025-01-02
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan perdana tahun 2025 dengan performa yang mengesankan. Pada hari Kamis, 2 Januari 2025, IHSG mencatat kenaikan signifikan seiring masuknya sentimen positif ke pasar keuangan Indonesia. Kenaikan ini menjadi indikator awal yang baik untuk prospek ekonomi nasional di tahun baru.

Investasi Cerdas, Masa Depan Cerah

Dalam lansiran berita terkini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa yang menggembirakan pada perdagangan perdana tahun 2025. Kenaikan IHSG mencapai 1,18%, membawa indeks tersebut ke posisi 7.163,20. Ini merupakan pencapaian penting karena IHSG berhasil menyentuh level psikologis 7.100, sebuah prestasi yang memberikan sinyal positif bagi pelaku pasar dan investor.

Transaksi Mencapai Rp 9 Triliun, Saham Bahan Baku Menjadi Penopang Utama

Pada hari perdagangan tersebut, nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 9 triliun, melibatkan 19,8 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 316 saham menguat, 270 saham melemah, dan 210 saham stagnan. Sementara itu, sektor bahan baku menjadi penopang utama kenaikan IHSG, dengan kontribusi mencapai 1,78%. Hal ini mencerminkan permintaan yang kuat terhadap komoditas dasar, yang biasanya menjadi indikator pertumbuhan ekonomi yang sehat.

Berbagai faktor mendukung kinerja sektor bahan baku. Permintaan domestik dan internasional yang meningkat, ditambah dengan stabilitas harga komoditas global, menjadi penyebab utama. Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang mendukung industri ini, seperti insentif fiskal dan deregulasi yang mempermudah investasi dalam sektor bahan baku.

Saham Perbankan Raksasa Mendorong Pertumbuhan

Emiten perbankan raksasa, terutama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), menjadi salah satu penopang utama kenaikan IHSG. Saham BBRI sendiri memberikan kontribusi sebesar 19 indeks poin, yang menunjukkan kepercayaan investor terhadap sektor perbankan. Ini bukan hanya karena reputasi bank tersebut sebagai lembaga keuangan terpercaya, tetapi juga karena strategi bisnis yang solid dan adaptasi cepat terhadap perubahan kondisi pasar.

Kontribusi lain datang dari emiten energi baru terbarukan (EBT) seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang juga menopang IHSG sebesar 7,7 indeks poin. Pertumbuhan sektor EBT mencerminkan komitmen pemerintah dan sektor swasta terhadap energi bersih, serta respons positif pasar terhadap inovasi teknologi di bidang energi. Dengan dukungan kebijakan pemerintah dan permintaan yang meningkat, sektor ini diprediksi akan terus berkembang pesat.

Sentimen Positif dari Kebijakan Pajak dan Data Manufaktur

Salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan IHSG adalah sentimen positif dari kebijakan pajak dan data manufaktur. Pemerintah akhirnya mengumumkan bahwa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% hanya berlaku untuk barang mewah, sementara barang kebutuhan sehari-hari tidak terdampak. Keputusan ini memberikan kepastian hukum dan mengurangi beban ekonomi masyarakat, sehingga meningkatkan daya beli dan memperkuat iklim investasi.

Data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang dirilis oleh S&P Global juga menunjukkan aktivitas manufaktur Indonesia kembali ke jalur ekspansif setelah lima bulan terpuruk. PMI manufaktur Indonesia mencapai 51,2 pada Desember 2024, angka tertinggi sejak tujuh bulan terakhir. Ini menjadi kabar baik bagi sektor manufaktur dan ekonomi secara keseluruhan, mengingat manufaktur merupakan salah satu sektor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.

Inflasi Tertahan, Prospek Ekonomi Tetap Positif

Walau ada sedikit kabar kurang menggembirakan, Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 1,57% secara tahunan pada 2024. Namun, inflasi ini merupakan yang terendah sepanjang masa, menunjukkan kontrol pemerintah yang baik terhadap harga barang dan jasa. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengungkapkan bahwa tingkat inflasi tahun ke tahun pada Desember 2024 adalah sebesar 1,57%, atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen dari 105,15 pada Desember 2023 menjadi 106,80 pada Desember 2024.

Meskipun inflasi masih rendah, pemerintah tetap harus waspada agar tidak terjadi deflasi yang dapat merusak pertumbuhan ekonomi. Langkah-langkah pro-growth seperti peningkatan belanja infrastruktur, stimulan fiskal, dan dukungan kepada UMKM akan menjadi kunci untuk menjaga momentum ekonomi. Dengan demikian, prospek ekonomi Indonesia tetap positif di tahun 2025, didukung oleh kebijakan yang tepat dan responsif terhadap dinamika pasar.

More Stories
see more